وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الأرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An Nisa’ : 100).

Trend hijrah menjadi hal positif yang harus diberikan ruang ilmu yang cukup, agar niat hijrah itu tidak terkotori oleh syahwat dunia, namun tetap kokoh hingga ujungnya istiqomah. Perjalanan Hijrah Nabi dan para sahabat dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah) menjadi “nuqtthotul intilaq” (titik pangkal) peradaban islam. Yang sebelumnya Rasululloh bersama putra angkatnya, Zaid bin Haristas sudah mencoba mencari tempat hijrah ke Thaif, namun masyarakatnya justru mencaci maki dan melemparinya dengan batu, hingga darah mengucur dari tubuh mulia Rasululloh. Sehingga thaif bukan menjadi tempat hijrah Nabi dan ummatnya.

Selanjutnya, Rasululloh mengutus Mus’ab bin Umar ke Yatsrib untuk mendakwahkan din al haq. Maka pintu-pintu rumah di Madinah pun diketuk untuk disampaikan kalimat tauhid kepada penghuninya. Bersama As’ad bin Zurarah, Mus’ab membuka kota Yasrib dan mengadakan negoisasi untuk dijadikan tempat hijrah oleh Nabi dan pengikutnya. Alhamdulillah, masyarakat Yasrib menerima dan kemudian kaum anshar dan muhajirin dipersaudarakan.

KONSEP HIJRAH

Menurut Ibnu’ A’rabi orang bepergian itu dimaknakan dua, pertama haroban, maknanya lari, kedua tholaban itu mencari. Adapun yang hijrah dalam makna haroban.

  1. Darul Harbi ilal Darul Islam
  2. Negeri yang menghina ayat-ayat Alloh
  3. Negeri yang banyak barang haram
  4. Negeri yang berotensi menyakiti badan
  5. Dari penyakit , kecuali tha’un
  6. Untuk menyelamatkan harta

Bepergian, dalam makna Tholaban (Mencari), yakni :

  1. Safarul Ibrah (bepergian untuk mencari pelajaran)
  2. Jihad
  3. Haji
  4. Ma’as (kehidupan)
  5. Tijarah
  6. Ilmu
  7. Al Biqo’ (Tempat)
  8. As Tsugur li Ribat (Perbatasan)
  9. Ziarotul ihwan fillah (menziarahi saudara kerena Alloh)

Adapun konsep hijrah secara sebenarnya haruslah mengikuti ritme ilahiyah sebagaimana QS At Taubah ayat 20, yakni iman-hijrah-jihad. Tidak bisa dikatakan muhajirin, sebelum menjadi mukmin dan tidak bisa dikatakan mujahidin jika belum berhijrah.

Konsep iman-hijrah-jihad ini tidak boleh terpisahkan. Seseorang yang telah iman (percaya) atas tempatnya yang jahiliyah, maka ia melakukan hijrah (berpindah) fisabilillah, sehingga ia bisa bersungguh-sungguh (berjihad) dalam melaksanakan syariat Alloh. Hijrah bukan sekedar trend, tapi ilmu. Karena konsep hijrah itu fisabilillahSabilillahnya jelas, statusnya jelas dan pedoman yang dipakai itu jelas. Maka konsep iman-hijrah-jihad sebagai berikut :

  • Iman itu mengerti dan meyakini kondisi dirinya sedang dalam kejahiliahan (tanpa syariat atau tidak utuh dalam bersyariat). Selanjutnya muncul komitmen untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sehingga jalan satu-satunya adalah hijrah.
  • Hijrah itu berpindah dari kondisi yang diyakini jauh dari sabilillah menuju sabilillah, baik secara tempat (negeri), status kehambaan dan pedomannya.
  • Jihad itu membuktikan komitmen hijrah dengan bersungguh-sungguh melaksanakan syariat Alloh fisabilillah, bukan tetap fisabili thogut.

Dengan memahami konsepsi hijrah, selanjutnya niatnya harus karena Alloh dan rasulNya. Bukan karena dunia, bukan karena wanita. Namun berhijrah karena Alloh dan rasulNya. Jika berhijrah karena manusia, maka hanya akan mendapatkan yang dituju, tapi tidak mendapatkan keistiqomahan kepada Alloh dan Rasululloh.

BALASAN HIJRAH

  • Muraghaman Katsira, secara bahasa muragham itu bisa bermakna tanah, bisa bermakna setelah muslim hijrah maka orang yang ditinggal merasa tidak nyaman atas karya yang dibangun. Sebagaimana Rasululloh membangun Madinah Al Munawaroh sebagai pusat peradaban.
  • Sa’ah bermakna kelapangan, baik rezeki maupun hati yang lapang dari kesesatan berganti dengan hidayah.

Nasehat bagi yang belum berhijrah dari jerembab kejahiliahan, sebagai berikut  :

  1. Sadari dan ilmui keadaan yang sedang terjadi
  2. Cari hakikat kehidupan di dunia
  3. Rasakan dan analisis efek kehidupan kejahiliahan
  4. Segera niatkan dan komitmenkan untuk berubah menjadi lebih baik melalui hijrah fisabilillah

Nasehat bagi yang sudah berhijrah ;

  1. Jaga komitmen hijrah (tetap dalam kordinat jihad)
  2. Sungguh-sungguh dalam berkarya fisabilillah
  3. Sabarlah dalam ujian karena janji Alloh tak mungkin diingkari

Dzikir siroh sahabat nabi atas sikap hijrahnya  :

  • Suhaib Ar Rumi meninggalkan hartanya dan bisnisnya demi mulusnya untuk berangkat berhijrah, setelah dihadang kaum yang menutup diri dari kebenaran (kafirin)
  • Asma’ binti Abu Bakar, yang saat hamil Abdulloh bin Zubair ditampar pipinya oleh Abu Jahal demi menjaga hijrah, setelah ditanya kemana nabi dan ayahnya, ia jawab “tidak tahu”.
  • Abdurrahman bin Auf, hartawan ini meninggalkan Mekkah untuk berhijrah menuju Madinah dengan hanya membawa satu pakaian yang menempel, namun Alloh balas dengan berbagai keberkahan yang besar.
  • Dhomroh, berhijrah meski sudah tua, karena ia merasa tahu jalan hijrah. Namun sebelum sampai tempat yang dituju ia meninggal dunia. Maka dijawab oleh wahyu, bahwa yang sudah meniatkan hijrah, lalu berjalan menuju tempat hijrah, maka ia telah dicatat mendapat pahala dari sisi Alloh.

Hijrah itu indah dengan segala konsekuensi dan balasannya. Tataplah keberkahan hidup, kenikmatan dan kemuliaan hidup dalam padangan Alloh, tidak lain dan tidak bukan, kecuali hidup fisabilillah. Tidak akan keluar dan di luar dari kepentingan din al islam. Apa saja yang menimpa saat hijrah dan saat jihad nikmatilah. Jangan memelihara rasa kecewa, karena ia akan menggrogoti iman dan spirit hijrah. (oleh : Ustadz Rofiq Abidin)