PERUBAHAN TAK MENUNGGU KAU BERUBAH
Oleh : Rofiq Abidin, SH
(Dewan Pengawas Syariah LAZ Suara Hati)

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ۝١١

“Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. Ar Ra’d : 11)

Mau berubah?, kenapa berubah? Dua pertanyaan ini penting, mengingat era digital yang juga merupakan era VUCA (Volatility, Uncertainly, Complexity, Ambiguity) merupakan gabungan kondisi 4 hal tersebut yang secara makna ialah kondisi perubahan yang sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol dan kebenaran realitas menjadi sangat subyektif. Hal ini dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan dunia teknologi dan informasi. Kembali dua pertanyaan di atas. Seseorang muslim modern yang memiliki jiwa aktualisasi diri akan tergerak oleh kemauannya untuk berubah secara transformatif. Karena perubahan tak akan menunggu kita berubah, ia akan berubah secara nyata dan cepat menyesuaikan perubahannya itu sendiri. Lantas, kenapa mesti berubah?, jika kita tidak berubah, kita akan tertinggal secara pikiran, perasaan hingga konstruksi sikap dan keputusan hidup kita. Sehingga, jika tidak berubah kita akan menjadi orang yang egois dan kaku bahkan tidak akan bisa melakukan peran apa-apa.
Perubahan dalam bidang teknologi dan informasi mempengaruhi berbagai sisi kehidupan. Dalam bidang ekonomi, politik hingga keamanan harus menyesuaikan kondisi perubahan cepat teknologi dan informasi. Hal ini mengharuskan umat islam tidak boleh hanya menonton, tapi harus mengikuti perubahan selama tidak keluar dari konsepsi syariatnya.
Pada dasarnya peletak perubahan besar dunia itu juga tidak lepas dari ilmuwan muslim pada abad keemasan, sebut saja bapak kedokteran dunia Ibnu Sina, Penemu angka 0 dan rumus logaritma Al Hawarizmi. Islam memandang untuk berubah dalam berbagai kesempatan ke arah yang lebih baik serta sebagai bentuk pengejawentahan syariat yang lebih mudah. Dalam berbagai bidang, dunia ini berubah secara cepat, bahkan tak terduga. Penemu-penemu visioner bermunculan, hingga ummat islam mengharuskan melek teknologi, informasi agar tidak hanya menonton, tapi menjadi pelaku perubahan itu sendiri.

Menyikapi Perubahan
Kondisi perubahan yang sedemikian rupa di dunia ini, tidak bisa hanya sambat, dibahas dan ditonton saja. Namun harus ada action nyata yang mengimplementasikan qur’an surat Ar Ra’d ayat 11 di atas.
Sikap yang yang wajib dilakukan ummat islam atas perubahan ialah kemauan berubah, berubah lebih baik, berubah lebih maju dan berubah untuk mewujudkan perubahan itu sendiri, hingga Alloh mengubah keadaan kita sesuai kehendakNya. Ya, semua dari kemauan berubah dari kita sendiri, jika personal, maka awali dengan niat yang kuat untuk berubah dan mindset yang baik untuk perubahan diri.
Selanjutnya, aksi nyata mewujudkan niat dan mengimplementasikan mindset dalam langkah-langkah yang nyata. Simpulnya Langkah-langkah untuk membangun perubahan dengan mentadabburi qur’an surat Ar Ra’d ayat 11 di atas :
Ihsan (diawasi Alloh)
Sikap merasa diawasi oleh Alloh (ihsan) dalam segala suasana hidup dan kehidupan sangat diperlukan untuk memulai semangat perubahan. Ada yang melihat setiap Langkah kita, ada yang mengontrol, ada yang menilai. Ini menjadi motivasi penting dalam setiap perubahan. Karena kebiasaan manusia yang juga memiliki kelemahan, jika tidak dikontrol akan lemah. Dengan merasa ada pengawasan, kontrol akan memunculkan niatan berubah. Dinilai itu sebuah keniscahyaan, jangan merasa heran dengan penilaian. Karena itulah justru sebagai pemantik perubahan.
Taghayar
Kemauan berubah, menjadi kunci seseorang akan mendapati perubahan hidup, karena Alloh akan merubah seseorang yang memiliki kemauan berubah. Apakah hanya dalam hati kemuan itu? Kemauan memang timbul dari hati, tapi ekspresi kemauan ditunjukkan dalam aksi nyata perubahan sikap, tindakan dan setiap keputusan hidupnya.
Ridha taqdir baik dan buruk
Baik dan buruk adalah kehendak Alloh, ujian dan nikmat tidak akan salah alamat. Karena Alloh sudah menghitung semuanya secara detail, yang kemudian menjadi kesimpulan dari taqdir. Jadi, perubahan itu tak terjadi dalam semalam, ada usaha manusia, kemuaan ada evaluasi Alloh atas usaha manusia, lalu rumusan taqdir berjalan dengan sedia kala. Jika berhasil, berarti Alloh menghendaki berhasil, yakinlah usaha tak akan menghianati proses. Jika tidak berhasil, maka itu hak perogratif Alloh sebagai sang Pencipta yang tahu kebutuhan hambaNya. Bisa jadi yang kita anggap baik menurut kita, itu tidak baik menurut Alloh, bisa jadi sebaliknya.
Tawakal
Yang maha menolong ialah Alloh. Jangan mengandalkan kepintaran, tapi melupakan Alloh. Jangan mengandalkan kemampuan, lalu lupa dengan pertolongan Alloh itu nyata. Jangan takut, ada Alloh yang maha melindungi atas niatan perubahan besar, seorang yang menginginkan perubahan tak lepas dari godaan, cobaan bahkan cacian. Namun ingatlah Alloh Maha melindungi hambaNya yang sudah berkomitmen melakukan perubahan. Penutup ayat di atas (Ar Ra’d : 11) ialah penegasan tidak ada pelindung selain Dia. Maka dengan demikian yang telah memiliki niatan berubah dan melakukan perubahan dalam suatu hegemoni, lakukanlah, tak perlu mengkhawatirkan siapa yang melindungi. Ini berarti seorang agent of change itu harus memiliki keberanian yang tinggi. Kenapa? karena Alloh yang akan mendampingi dan melindungi.

Empat sikap di atas akan memberikan panduan seseorang melakukan perubahan. Baik perubahan diri maupun unity. Semoga yang telah memiliki niat untuk berubah dan hendak melakukan perubahan dikuatkan keinginannya, hingga Impian perubahan itu wujud adanya. Wallohu a’lam.