Suarahati.org, Sidoarjo – Menurut data dari Komnas Perlindungan Anak, dari 10 laporan kekerasan pada anak, 8 di antaranya adalah kasus kejahatan seksual dan 80% korban adalah anak perempuan. Sebagai orangtua, tentu kita berusaha menjauhkan anak dari bahaya kejahatan seksual. Namun, kemampuan para predator kejahatan seksual menguasai korban, baik dengan tipu daya maupun ancaman, memang menyebabkan kejahatan ini sulit dihindari. Tanpa bermaksud menakuti-nakuti, bukan tidak mungkin, anak Anda –bahkan yang masih berusia balita– menjadi sasaran berikutnya. Untuk mengantisipasi dan melindungi anak, inilah saran dan petunjuk yang penting untuk Anda ketahui.
Gunakan istilah sebenarnya
Ketika Anda mengajari anak, “Ini namanya hidung, yang ini kaki”, perkenalkan juga alat kelamin dengan istilah asli. Biasakan menyebut ‘penis’ untuk anak laki-laki dan ‘vagina’ untuk anak perempuan –tidak ada bedanya dengan menyebut organ tubuh lain. Pembiasaan menggunakan istilah asli adalah langkah pertama pendidikan seks anak. Ketika jika suatu waktu anak mengalami kejahatan seksual, ia bisa mengomunikasikannya dengan bahasa yang dipahami orang lain.
Ajarkan konsep privasi
Beritahu anak bahwa tidak semua orang boleh melihat, apalagi menyentuh alat kelaminnya. Ajarkan padanya siapa saja yang boleh, dan dalam situasi apa. Misalnya, boleh oleh dokter saat memeriksa, atau pengasuh saat memandikan. Anda pun harus mendukung anak dalam menjaga privasinya, misalnya dengan tidak menelanjangkan anak di tempat umum ketika berganti baju di pinggir kolam renang atau pantai, misalnya. Biasakan mengajak anak mengganti bajunya di ruang tertutup, meski untuk itu Anda mungkin akan lebih repot.Hindari pula mengunggah foto anak tanpa busana di situs jejaring sosial. Anda tidak pernah tahu akan adanya ancaman predator yang bergerilya di dunia maya.
Bedakan jenis sentuhan
Ajarkan pada anak mengenai sentuhan di tubuhnya. Ada tiga jenis sentuhan yang perlu anak ketahui: 1. Sentuhan baik dan boleh, yaitu sentuhan dari orang lain menggunakan tangan yang dilakukan di bagian tubuh di atas bahu dan di bawah lutut, yang merupakan sentuhan karena kasih sayang, seperti membelai kepala dan mencubit pipi. 2. Sentuhan harus waspada, karena membingungkan untuk menilainya sebagai bermaksud sayang atau nafsu, yang merupakan sentuhan di bawah bahu hingga atas lutut tubuh anak. 3. Sentuhan jelek dan terlarang, yaitu orang lain menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian renang. Bila ada yang melakukan sentuhan di area ini, anak harus berani menolak dan berkata tegas, misalnya dengan bilang, “Jangan begitu!”
Tumbuhkan kenyamanan berkomunikasi sehingga anak merasa leluasa jika ingin memberitahukan ketidaknyamanan yang dialaminya. Yakinkan anak bahwa Anda adalah sosok tepat untuk bisa berbagi cerita dan rahasia.
Percaya naluri Anda
Jika seseorang membuat Anda tidak nyaman, itu adalah alasan yang cukup untuk menjaga anak agar menjauhinya. Saat Anda merasa ragu saat akan menitipkan anak pada seseorang, bahkan pada teman Anda, jangan lakukan. Tak jarang naluri ibu memang bisa ‘mengendus’ sesuatu yang tidak benar, bukan?
Pisahkah tidur kakak dan adik terutama jika berbeda jenis kelamin. Semakin dini dilakukan, semakin baik. Saat tidur, tersingkapnya pakaian sangat mungkin terjadi, dan hal tersebut bisa menimbulkan hasrat seksual, sekalipun dengan saudara kandung.
Wajib waspada terhadap orang dewasa yang mencoba menghabiskan waktu hanya berdua dengan anak, bahkan jika orang tersebut Anda kenal. Menurut riset di Assosiasi Psikolog Amerika Serikat, 90% dari kasus pelecehan seksual yang terungkap, ternyata pelakunya merupakan orang yang dikenal korban. Bahkan, 30% di antaranya masih memiliki hubungan keluarga! Hanya 10% pelaku yang betul-betul orang asing bagi korban.
Waspada bila anak berubah, yang tadinya ceria berubah murung dan cengeng, dari banyak bercerita jadi pendiam atau bahkan tiba-tiba mengalami gangguan tidur –seperti sering mimpi buruk– dan kemunduran perilaku yang tidak sesuai usianya –kembali mengompol dan mengemut jempol. Peristiwa kejahatan seksual biasanya disertai ancaman. Karena anak sulit berterus terang pada orang lain, maka kecemasan yang dialaminya cenderung tampak dalam perilakunya sehari-hari.
Orangtua juga perlu tahu bahwa memperlihatkan materi berkonten pornografi pada anak, atau memperlihatkan alat kelamin di depan anak, juga merupakan kejahatan seksual. Efek jangka panjang yang dialami korban di antaranya kepercayaan diri yang rendah, sulit mempercayai orang lain, cemas, depresi, bahkan mungkin terjadi masalah seksual di kemudian hari.
Lalu apa yang harus dilakukan jika anak menjadi korban kejahatan seksual?
Tunjukkan reaksi rasional. Orangtua mana yang tidak shock ketika tahu anaknya menjadi korban? Apalagi ketika tahu pelaku adalah keluarga dekat. Perasaan bersalah karena tidak dapat melindungi yang bercampur amarah kadang menyebabkan orangtua histeris dan emosional, yang ditunjukkan sesaat setelah anak selesai bercerita. Hal ini menyebabkan anak tambah merasa bersalah karena menceritakan peristiwa tersebut.
Tekankan pada anak, bahwa kejadian itu bukanlah kesalahannya, melainkan kesalahan pelaku. Hal ini penting mengingat banyak korban memiliki kepercayaan bahwa kejahatan seksual yang terjadi adalah kesalahannya. Tunjukkan pada anak bahwa Anda menghargai kepercayaan dan keberaniannya untuk bercerita pada Anda.
Berikan dukungan penuh, secara emosional dan psikologis. Anak membutuhkan dukungan, kenyamanan, dan cinta kasih Anda lebih dari sebelumnya. Anak dapat menghadapi kejadian itu dengan lebih baik ketika ayah-bunda dan lingkungan di sekitarnya peduli dan menerima keadaan dirinya.
Segera konsultasikan kondisi anak ke pihak yang berkompeten untuk membantunya memulihkan trauma psikologis yang dialaminya, sehingga dapat meminimalisasi dampak jangka panjang.
(erin, disarikan dari www.ayahbunda.co.id)
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you. https://www.binance.info/pt-PT/register?ref=DB40ITMB