Suarahati.org, Sidoarjo – Mengingat sukses selalu dan selalu diburu oleh manusia, maka tak jarang orang melakukan apapun untuk meraihnya. Saat bertemu dengan teman lama biasanya yang ditanyakan adalah soal kesuksesan dalam ukuran duniawi. Pernah seorang teman saya berujar, “Si Fulan sudah sukses, ia bekerja di Batam”, saat saya bertanya, “Sukses dalam ukuran apa?”, “Ya pokoknya kerjanya sudah mapan, punya rumah sendiri dan sudah punya mobil”. Sekelumit perbincangan ini menggelitik perasaan saya, apakah ini ukuran sukses bagi mukmin?. Banyak saya temui teman-teman saya yang merasa tidak nyaman dengan keadaannya sekarang, padahal rumahnya mewah, mobilnya empat, punya perusahaan, kenapa?, karena masih ada yang hilang dalam dirinya, menurutnya. Namun ia bingung apa itu. Setelah dirasakan, ia merasa tidak bisa dekat dengan Tuhan. Ia sulit untuk khusuk dalam sholatnya.

Nah, coba kita tela’ah Al Qur’an Surat Al Mukminun 1-5 sebagai panduan mukmin yang sukses :

 

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (١) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (٢) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (٣) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (٤) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (٥

Sungguh beruntung orang-orang beriman. (yaitu) orang yang khusuk dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perkataan dan perbuatan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya.


Jika boleh saya simpulkan, maka takaran sukses bagi mukmin adalah sebagai berikut :

  1. Senantiasa dekat dengan Allah, karena kekhusukannya dalam sholat menjadikan makin nyaman bathinnya.
  2. Sanggup menjaga lisannnya, karena ia pandai mengelola apa yang akan ia katakan, apakah menyakiti orang lain atau tidak. Apakah berguna/bermanfaat apa tidak. Ia tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung. Apa yang keluar dari mulutnya adalah tidak ada kesia-siaan, namun justru mendamaikan dan menghangatkan sekitar.
  3. Senantiasa terjaga dalam perbuatan yang berguna, karena ia bisa menjaga lisan, maka setiap kata-kata yang diungkapkan akan dilakukan sehingga memberikan makna yang sangat tinggi kepada waktu. Menjadikan ia bersikap bijak, efektif dan efisien.
  4. Ringan dalam membersihkan hartanya dengan zakat, ia selalu menghitung apakah dalam hartanya masih ada hak orang lain, lantaran zakatnya belum dikeluarkan. Rumah, mobll dan harta kekayaannya senantiasa menjadi sarana dalam ibadah, bukan mejadi tujuannya. Ini juga menjadikan keberkahan dan rahmat Allah itu hadir menyamankan bathinnya.
  5. Harmonis dengan keluarga, karena saling menjaga martabat. Dengan saling menjaga fungsi dan peran masing-masing, mukmin senantiasa berusaha menjaga rasa malunya dengan terus saling support, saling empati dan saling ramah. Nah, komunikasi menjadi salah satu jembatan keharmonisan itu.

Inilah ukuran sukses bagi seorang mukmin, tinggal sejauh mana kita dapat memaknai ayat tersebut di atas. Ini adalah salah satu pandangan dalam hal takaran sukses menurut Ajaran Ilahi. Semoga kita dapat mengevaluasi diri, termasuk penulis yang masih sangat jauh dari kesuksesan. Tidak ada kesuksesan yang sempurna, jika kita benar-benar jujur dan adil dalam mengevaluasi. Namun selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar adalah sikap tawakal bagi seorang mukmin. Wallahu’alam.

Suarahati.org