Suarahati.org, Sidoarjo – Seorang wanita berkomentar kepada temannya yang berpakaian “minimalis”, “Hei, bajumu kok gitu..?”. “Biarin, katanya harus anti mainstream, jawabnya dengan yakin. “Hmm.. padahal memakai rok sangat minim dan baju ketat poll, itu bukan anti mainstream tapi itu mengundang bahaya”, keluhnya.

Percakapan ini menarik hati saya untuk mencoba mengokohkan siapa saja yang sedang lurus dengan syariat Allah. Mainstream secara bahasa adalah arus utama, anti mainstream boleh dibilang tidak ikut arus, beda tapi benar. Tidak sedikit ayat Allah yang menganjurkan untuk anti mainstream terhadap sikap-sikap latah dalam hal negatif. Misalnya, pemikiran yang tanpa ilmu dalam QS Al Isra’ ayat 36, dalam QS Al Maidah ayat 77, tentang pemikiran kolot yang berdasarkan hawa nafsu yang dibawa nenek moyang sebelumnya. Nah berikut adalah ayat yang menerangkan orang-orang yang tidak mau mensyukuri karunianya, termasuk raga/jasad, sehat pikirnya dan karunia nyata lainnya.

 

وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ

“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).” (An Naml : 73)

Jika kita kaitkan dengan percakapan di atas, justru orang yang tidak menutup auratlah yang mainstream, tampil beda tapi dalam hal keburukan. Namun jika ada wanita yang mempertahankan prinsip syariat, baik itu berhijab, menjaga diri dari maksiat, berkata ramah, menuntut ilmu, tidak merokok, dan hal-hal positif lainnya, walau beda, itulah yang benar. Islam mengajarkan bersyukur, saat kebanyakan manusia tidak bersyukur. Kebanyakan manusia latah dengan hal-hal yang menyenangkan secara kasat mata, tanpa harus mempertimbangkan mudharat selanjutnya.

Oleh karena itu mari kita ciptakan budaya-budaya syar’iyah dari hal yang kecil, yang mudah dan bisa kita lakukan sekarang juga. Bangsa kita sedang mengalami shock culture, masuknya budaya asing secara cepat dan ummat belum siap ilmu untuk menangkalnya. Jadinya ikut-ikutan, tanpa mempertimbangkan nilai baik dan buruknya. Ayo jangan malu anti mainstream dalam hal-hal kebaikan. Walau ada ujian dari samping kiri-kanan yang memberikan paradigma berbeda terhadap sikap dan keputusan kita. Itulah mengapa surga itu untuk manusia pilihan, karena kita telah bisa memilah dan memilih sikap saat di dunia, bukan ikut-ikutan tapi buta dampak selanjutnya.

Sikap dan perbuatan kita memang dinilai oleh 3 pihak, yakni yang pertama, diri kita sendiri, yang kedua orang lain dan yang ketiga dinilai oleh Allah. Pada dasarnya orang yang ihsan  senantiasa merasa diawasi oleh Allah, yang diingat pertama saat berbuat adalah Allah. Apakah sikapnya diridhoi oleh Allah atau tidak. Boleh jadi menurut kebanyakan orang lain baik, tapi menurut Allah sangat tidak baik. Nah, landasan sikap kita harus jelas, mau mengikuti trend yang negatif atau anti mainstream karena mempertimbangkan penilaian oleh Allah. Benar menurut Allah itulah yang menyamankan hati kita, walau orang lain berbeda.

Ayo beda tapi benar, bukan beda tapi salah dan Allah tidak ridho. Karena ketika datang ajal, kita tidak sibuk mengurusi amalan orang lain, tapi kita sibuk mempertanggungjawabkan amalan-amalan kita masing-masing. So, jadi ummat anti mainstream? Oke-oke saja asal benar. Wallahu’alam – Suarahati.org

 

ustadz Rofiq Abidin

 

 

 

Oleh : Rofiq Abidin
Suarahati.org