Oleh : Rofiq Abidin
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلْحَقُّ فَٱعْفُواْ وَٱصْفَحُواْ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Baqarah :109)
SUARA HATI – Kata-kata bisa jadi merupakan ekspresi jiwa. Ekspresi hati yang sedang senang atau sedih, yang sedang tegang atau relaks, sedang takut atau bernyali, yang sedang kreatif atau malas. Setiap hari kita memikirkan kurang lebih 60000 pemikiran dan berarti kita memikirkan kurang kebih 16-17 kata dalam sedetik, dan 80 % pemikiran manusia banyak yang negatif. Nah, pemikiran dan perasaan sangat mempengaruhi apa-apa yang muncul dari lisan kita, yakni kata-kata. Perkataan-perkataan tersebut menimbulkan manfaat ataukah justru mendatangkan. Perkataan yang menyamankan bagi diri dan lingkungan sekitar kita, atau sebaliknya.
Silaturrohim yang diajarkan Islam sangat membentuk kepribadian seseorang, dalam silaturohim ada interaksi yang dapat membangkitkan kita untuk maju. Namun jika silaturohimnya sudah dibumbui dengan kata-kata negatif pasti akan menimbulkan ketidaknyamanan. Coba kita bayangkan, jika dalam sehari kita mendapat 10 pujian dan 1 kritikan, mana yang paling menyita perhatian? Kritikan, bukan? Inilah terkadang yang kurang kita syukuri. Dan memang dalam Al Qur’an sangat sedikit orang-orang yang bersyukur.
Sumber Kedengkian
Jika kita tadabburi ayat di atas, yang melandasi seorang bersifat dan bersikap hasad (dengki) adalah dari dua hal. Kedua-duanya ini berperan besar untuk penyakit hati yang lainnya. Apa itu :
- Keinginan negatif/keburukan kepada orang lain.
Apapun kebaikan yang dilakukan oleh orang yang didengki dinilainya sebuah keburukan. Ia tidak bisa menerima orang lain sukses, tidak bisa menerima orang lain bahagia, tidak bisa menerima orang lain melebihi kemampuannya. Dan dalam ketidakberdayaannya ia mendengkinya dengan aksi yang bermacam-macam. Entah melalui ejekan, ghibah hingga puncaknya adalah fitnah. Dan orang yang selalu bersikap hasad sedang menutup dirinya dari wahyu dan dari nasehat baik. Tidak akan ada kepuasan dalam dirinya untuk mendengki, sebelum orang yang didengki kembali sama seperti dirinya atau dalam pandangan Allah (ayat di atas) menolak dan tertutup jiwanya dengan wahyu.
- Terbuktinya kebenaran yang dibawa orang lain.
Satu lagi yang memunculkan seseorang itu hasad, ialah terbuktinya apa yang dibawa seseorang atau bisa jadi prestasi, kebaikan, karya dan lain sebagainya, karena iri hatinya yang menutupi hati dari sinar kebenaran. Ia tidak bisa menerima orang lain lebih dari dia, ia akan sibuk mencari cara menjatuhkannya. Ia akan sibuk menghasud teman-temannya untuk menjustifikasi bahwa orang yang didengki itu adalah tidak berbuat yang benar, tidak membawa kebenaran tidak bisa melakukan kebaikan dan kebenaran. Itulah target pendengki.
Bagaimana Melebur Dengki ?
Bukan hanya yang didengki yang terluka, tapi sesungguhnya yang mendengkilah yang sedang sakit hati atau jiwanya yang sedang tidak bisa lurus dan diluruskan, sehingga seperti tidak pernah ada rasa puas mendengki saudaranya, temannya atau bahkan keluarganya. Seribu jurus ia lakukan untuk mengikuti kepuasan hawa nafsunya yang semu dan tidak ada ujungnya, hingga keraslah hatinya, hasud sana hasud sini, sindir sana sindir sini, menggelari buruk saudaranya yang didengki.
Sebagaimana Nabi Muhammad Solallahu Alaihi Wassalam didengki oleh kaum kafir Qurais dengan julukan “tukang sihir”. Tahukah siapa yang pertama menjuluki Nabi “tukang sihir”?. Dialah Al Walid Al Mughiroh yang merupakan salah satu orang paling senior kaum Qurais. Ia terus memikirkan seribu cara untuk menjatuhkan Muhammad Solallahu Alaihi Wassalam dan melepaskan kebenaran yang dibawanya, menghentikan kebaikan yang dilakukannya. Walaupun sebenarnya hidayah hampir menghampirinya karena ketakjuban kepada Al Qur’an yang dibawa Muhammad, namun keponakannya, Abu Jahal, datang menghasudnya dan bimbang lagilah ia. Walau anak-anaknya memeluk Islam. Begitulah dahsyatnya dengki yang menjadi dinding tebal untuk menerima hidayah.
Dalam ayat di atas Allah memberikan solusi untuk melebur dengki yang ada pada pendengki dan yang sedang didengki sekaligus, yaitu:
- Maafkanlah, inilah salah satu jalan damai.
Jika seseorang yang didengki mampu memaafkan yang mendengki, otomatis ia telah melebur dengkinya. Lho kok bisa? Jelas, seseorang yang didengki bisa jadi ikut mendengki, karena ketidaktahanannya dalam menerima kata-kata kasar, fitnahan, ghibah dan justifikasi yang diembel-embelkannya. Dan terus mendoakan kebaikan untuk yang mendengki itulah wujud leburnya dengki.
Sebagaimana Rasulullah Solallahu Alaihi Wassalam berdoa untuk Abu Jahal cs yang mengumpatnya setelah berjalan puluhan kilo meter dengan Zaid bin Haris ke Thoif untuk menyampaikan risalah. Hingga Malaikat menawarkan agar gunung itu di jatuhkan kepada kaum kafir yang mengejeknya. Nabi yang mulia ini berkata “biarkan saja, mereka tidak tahu”, hari ini mereka berlaku seperti ini, tapi saya berharap mudah-mudahan dari keturunan mereka ada yang menerima hidayah Allah. Subhanallah…betapa sabar Nabi kita Muhammad ini, sudahlah diejek, diumpat macam-macam, justru memaklumi dan mendoakannya. Dan terbukti 12 tahun kemudian Ikrimah bin Abu Lahab masuk Islam. Leburlah dengki dengan memaafkannya.
- Maklumilah.
Jika orang lain mendengkimu, maka maklumilah. Apanya? Ya pemikirannya memang baru sebatas itu, maklumilah bahwa hatinya masih tertutup oleh wahyu, sehingga nasehat dan bisikan imannya terdengar lirih dan bahkan tidak kentara di mata hatinya. Dan bagi kita yang pernah mendengki, jangan membiarkan diri kita dalam jatuh yang teramat dalam. Biarkan sajalah orang lain itu berbuat demikian, koreksi diri itu lebih baik, sehingga hati dan mulutnya terjaga dari kata-kata umpatan, namimah (adu domba), dan sadar bahwa hasud itu adalah salah satu perilaku syetan, yang selalu kasak- kusuk mencari teman ke neraka.
Melebur dengki dengan memaafkan dan memakluminya adalah hal yang sangat mudah jika mau, jika tidak merasa bersalah bahwa mendengki itu salah maka tidak akan berubah, sampai ujung nafas menghampirinya. Wallahu’alam.
Oleh : Rofiq Abidin
Suarahati.org