SUARA HATI – Suatu ketika saya pernah berbincang santai bersama teman-teman saya, dalam perbincangan itu dibahaslah sebuah tema yang berkaitan dengan politik. Nah, di tengah-tengah perbincangan tersebut saya masuk untuk menanggapi pembicaraan dengan harapan bisa menetralisir beberapa argumen yang berbeda, saya ingin mengkaitkan hal-hal politik dengan ajaran dan tuntunan agama. Namun, belum sampai selesai saya menyampaikan pendapat yang terkait dengan hal itu, salah satu teman menyela dengan berkata : “Ah, jangan bawa-bawa agama lah dalam urusan ini (politik)… ”. Sontak saya merasa risih, dan langsung istighfar pada Allah dalam hati.
Coba kita pikir dan renungkan, jika pernyataan teman saya tadi kita terima dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (ingat kehidupan meliputi banyak aspek : politik, ekonomi, sosial, dsb), sedangkan ketika kita dalam sehari semalam saja :
Bangun tidur baca doa pada Tuhan : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Ke kamar mandi baca doa pada Tuhan : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Sholat shubuh : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Sarapan baca doa pada Tuhan : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Kerja ke kantor dengan bismillah : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Berinteraksi dengan sesama dan memberi salam : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Komitmen baik bekerjasama dengan mitra kerja : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Membangun silaturrahim : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Berbakti pada kedua orang tua : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Membina keluarga yang baik sakinah : itu adalah tuntunan dan ajaran agama.
Hinggga kita hendak tidurpun dengan menyebut nama-Nya : itu adalah adalah tuntunan dan ajaran agama.
Jika saya mengikuti larangan teman saya tadi, lantas mau saya letakkan di mana agama ini? Sedangan setiap nafas dan detak jantung ini tidak bisa dilepaskan dari agama, bermakna tidak bisa lepas dari pengawasan dan genggaman Tuhan, Allah Subhanahu wa ta’ala.
Maka saya berpikiran sedikit mengakar (radical), bahwa jika kita mengatakan : “Jangan bawa-bawa agama dalam sebuah persoalan”, saya dapat memaknai “Jangan bawa-bawa Tuhan dalam kehidupan”. Lalu , apa bedanya dengan kaum atheis (tidak percaya adanya Tuhan)?
Wallaahu a’laam…
Oleh : Sujali S.S
Suarahati.org
Reason to stop downloading every dating app on Friday night after a few too many gin and tonics and granting them all rights to just about your entire Facebook data set cialis with dapoxetine