SOLID, PRODUKTIF, SEJAHTERA

Oleh : Rofiq Abidin

 

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al Fath : 29)

 

Saat Rasululloh hijrah dan masuk ke Yatsrib atau sekarang kita kenal dengan nama Madinah, selanjutnya melakukan tindakan strategis mensolidkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mempersaudarakan kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Ide Nabi itu terbimbing wahyu, karena ide nubuwah itu sangat visioner. Beberapa sahabat yang dipersaudarakan antara lain Salman Al Farisi dengan Abu Darda’, Abdurrahman bin Auf dengan Saad bin Rabi’ masing-masing saling menyupport dalam kebaikan dan dalam kesholihan. Untuk membangun Madinah sebagai negeri dengan peradaban baru, Rasululloh membuat perjanjian yang disebut “Piagam Madinah” agar semua komponen SDM turut membela negeri yang mereka bangun secara bersama-sama, menjadi negeri yang sejahtera dan rahmatan lil ‘alamin.

Dalam upaya membangun peradaban maka rumusan Nabi jelas. Sebagaimana ayat di atas Rasululloh Muhammad bersama para mukmin yang mengikutinya yakni membangun beberapa hal berikut :

  1. Soliditas

Kebersamaan Rasululloh Muhammad dan umatnya teraksentuasi dalam persaudaraan dan peletakan dasar ber-Madinah dengan Piagam Madinah. Masing-masing berkasih sayang kepada sesama dan terus menegakkan nilai-nilai Piagam Madinah dan memberikan inzar bagi orang-orang yang melanggar. Dengan demikian, soliditas akan terwujud jika menegakkan beberapa hal :

  1. Saling Berkasih sayang kepada sesama

Berkasih sayang itu saling support antar sesama saudara, saling menolong dalam kebaikan. Menjauhi sikap permusuhan, pertikaian dan dosa. Oleh karena itu kesolidan wujud jika sesama pengemban amanah saling berkasih sayang dalam makna seluas-luasnya. Melapangkan hati untuk saling menolong, melapangkan hati untuk saling memaafkan dan saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran.

  1. Bersikap tegas terhadap hal yang keluar dari kebenaran yang telah disepahamkan dan disepakati.

Menegakkan kebenaran dengan tegas terhadap sikap-sikap yang keluar dari nilai-nilai absolutisme kebenaran. Hal ini merupakan upaya yang harus ditempuh tanpa melihat personality, tapi penegakan kebenaran sesuai kesepahaman dan kesepakatan yang menjadi tonggak visi yang dibangun secara asasi.

Dua motivasi kesolidan dan kebersamaan tidak lain dan tidak bukan kecuali keridhoan Alloh, bukan yang lainnya. Tanda-tanda kesolidan itu akan tampak Atsari sujud (bekas sujud), karyanya, perannya, pengaruhnya kepada lingkungannya.

  1. Produktivitas

Jika kesolidan telah mengakar, menghujam, maka produktivitas diri akan maksimal di atas pokoknya, bukan keluar dari pokoknya. Jika kesolidan telah terbangun, maka semua produktif untuk ruku’ dan sujud dalam pengabdian dan dalam kepemimpinan yang kokoh. Amalan yang didasarkan sebuah semangat, rahmat dan ketegasan terhadap kebenaran akan benar-benar kokoh. Sebagaimana sholat berjama’ah, jika imam ruku’, maka makmumpun ikut ruku’, jika imam sujud maka makmum ikut sujud. Sehingga atsari sujud-nya tampak, wujud dalam karyanya yang hebat. Itulah bentuk pengorganisasian yang solid dan kokoh.

Produktivitas diri dalam bekerja dan beribadah merupakan ekspresi motivasi yang besar dari sebuah impian. Jika seseorang dalam kebersamaan, dalam kesolidan dan dalam kesamaan ruh, fikir dan ilmu, maka akan selalu tergerak produktif. Namun, jika seseorang yang keluar dan di luar kesolidan, tidak mau berkasih sayang, maka produktif itu hanya sebatas profesionalisme. Padahal, kesolidan itu didasari kasih sayang dan assidau alal kuffar (tegas terhadap yang keluar dari kebenaran).

  1. Kesejahteraan

Jika pondasi atau hal yang mengakar dalam sebuah lembaga telah kokoh, selanjutnya produktivitas diri meninggi, maka efeknya adalah buah kesejahteraan. Kesejahteraan batiniyah, kesejahteraan lahiriyah. Kesejahteraan berupa kesenangan dan balasan dari Alloh akan nyata sebagaimana yang dijanjikan. Jika tunas kesolidan itu telah meninggi dalam produktivitas, maka buah kesejahteraannya akan menyenangkan mukmin sang penanam kebaikan, dan akan menjadi kontradiksi dengan orang-orang yang mengingkari kebenaran.

Jika kita simpulkan dalam pemaknaannya, maka :

Kesolidan merupakan akar tunas yang terwujud dalam kasih sayang kepada sesama dan tegas terhadap orang-orang yang mengingkari visi kebenaran.

Produktivitas teraksentuasi dari sikap ruku’ dan sujud yang akan menghasilkan atsari sujud, yang berwujud karya nyata, peran kebaikan, pengaruh kebaikan dan generas-generasi penerus.

Kesejahteraan merupakan buah dari solid dan produktif yang berwujud kesenangan bagi mukmin, namun bukan kesenangan bagi yang mengingkari kebenaran. Adapun buahnya juga bentuk ampunan Alloh atas segala kesalahan dan balasan langsung dari Alloh.

 

SEJAHTERA /KESENANGAN/ AMPUNAN/BALASAN KEBAIKAN (PAHALA)
SOLID / KEBERSAMAAN/KASIH SAYANG/TEGAS DALAM KEKUFURAN
PRODUKTIF/RUKUK DAN SUJUD → ATSARI SUJUD (KARYA, PERAN)