Ditulis oleh : Rizky Akbar Nurmalianto, S.E.
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِ. فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ.
وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin….(Q.S. Al-Ma’un 1-3)
Begitulah julukan yang Allah berikan kepada orang-orang yang menghardik anak yatim dan tidak mengajak atau mendorong memberi makan orang miskin, yaitu sebagai pendusta agama. Maka agar terhindar dari predikat tersebut, marilah kita membersamai anak-anak yatim dan memberi makan orang-orang miskin, yaitu menjadi sahabat mereka.
Kata sahabat berasal dari bahasa Arab shahabah (ash-shahaabah) yang pada mulanya merujuk pada sahabat Nabi. Selain itu sahabat berasal dari kata “shuhbah” yang artinya berkawan sedangkan bentuk lainnya adalah “shaahib” yang berarti kawan dan jamaknya adalah “ashhaab”
Dalam Kamus Modern al-Ashri, terbitan Multi Karya Grafika, Yogyakarta, kata ‘shuhbah’/sahabat dimaknai sebagai menemani, berkawan dengan, menjadikan kawan, hubungan persahabatan, sahabat, teman, atau rekan.
Secara terminologi, “shuhbah”/sahabat berarti pergaulan dan pertemanan. Sebagian ahli bahasa membatasi pergaulan dengan ru’yah (saling melihat/bertemu) dan mujalasah (interaksi langsung).
Dalam sejarah, ‘sahabat’ adalah gelar yang diberikan kepada mereka yang selalu menemani Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi wa Sallam dalam setiap keadaan baik suka maupun duka.
Semua Muslim di dunia pasti merindukan bisa bertemu dan bersama Rosulullah di surga kelak, dan setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mewujudkan keinginan mulia tersebut.
Ada satu cara mudah yang telah disampaikan kepada kita dari Sang Rasul, agar menjadi hamba Allah yang mulia di dunia dan kelak kita mendapatkan tempat mulia di surga yang tinggi, yakni bertetangga dengan beliau yaitu menjadi Sahabat Yatim.
Beberapa Keutamaan menjadi sahabat yatim, anatara lain :
- Mendapat kedudukan yang dekat dengan Rosulullah di Surga
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh beberapa Perawi, Rasulullah bersabda “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya” (HR. Bukhari, Shahih Bukhari, Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy: 5304)
Sehingga kaum Muslimin yang bersedia mengikhlaskan diri dan hartanya dalam menyantuni atau memelihara anak-anak Yatim selain mendapat jaminan masuk surga, kelak akan bertetangga dengan Rosulullah.
- Menghindarkan dari siksa di Yaumul Akhir
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda “Demi Yang Mengutusku dengan haq, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, serta menyayangi keyatiman serta kelemahannya.” (HR.Thabrani dari Abu Hurairah)
Tidak ada seorang manusia pun yang mampu memberi penjelasan secara terperinci tantang siksaan di neraka kelak, namun Allah telah memberikan banyak penjelasan dalam Al-Quran bagaimana pedih dan menyakitkannya keadaan kehidupan penduduk neraka. Naudzubillahi min dzalik.
Membersamai anak-anak yatim, menjadi sahabat mereka merupakan satu tantangan tersendiri dalam hal penghambaan diri kepada Allah untuk menumbuhkan jiwa yang ikhlas tanpa pamrih, hanya mengharap imbalan dari Allah saja.
- Dapat melembutkan hati
Ada orang yang begitu keras hatinya, sulit menerima nasihat dan tidak mau menerima kebaikan, lalu Rasulullah menganjurkan agar orang tersebut menyantuni anak yatim. “Ada seseorang yang mengadu kepada Nabi Muhammad tentang kerasnya hati. Nabi menjawab: Silahkan beri makan orang miskin dan usap kepada anak yatim,” (Ibnu Hajar Al-Asqalani).
Ada juga hadits yang diriwayatkan oleh Abu Darda, Rasulullah bersabda “Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi ? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” (HR. Al-Baniy, Shahi Al-Jami’, Abu Darda: 80)
- Mengumpulkan pahala untuk akhirat kelak
Menyantuni atau memelihara anak yatim merupakan salah satu wujud amal jariyah, memberi makan mereka, meyekolahkannya bahkan merawat mereka seperti anak kita sendiri adalah salah satu amalan yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Dari Abu Huroiroh, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda “Jika manusia mati atau terputus amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak sholih yang selalu mendoakannya,” (HR.Muslim).
Begitu banyak Fadhilah/keutamaan bagi setiap hamba Allah yang menjadi sahabat yatim, mari kita berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Semoga kita menjadi salah satunya dan semoga Allah memanggil kita kembali kepada-Nya dalam keadaan Khusnul Khotimah. Aamiin.