Oleh : Rofiq Abidin (Ketua Yayasan Suara Hati)

 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.

(QS Al Hujurat : 49).

 

“Seiya, sekata”, kiranya ungkapan itu salah satu yang menggambarkan suatu persahabatan. Dalam persahabatan ada perasaan saling klik, saling empati. Klik itu sepemikiran, apa saja pendapatnya nyambung, meskipun gak harus sama, namun memahami pemikiran sahabatnya dan bersikap tasamuh (toleransi). Mereka yang bersahabat akan saling empati. Jika ada diantara mereka yang sakit, maka sobatnya akan merasakan sakit dan bentuknya ialah empati membantu untuk sembuh, baik itu dengan menyupport, mencarikan obat atau bahkan menghiburnya. Itulah gambaran persahabatan secara umum yang kita pahami. Lantas bagaimana membangun sahabatan sampai surga?

 

Teladan Persahabatan Sampai Surga

Sebelum penulis jelaskan tentang persahabatan sampai ke surga, ada kisah persahabatan riil yang bisa kita teladani. Yakni persahabatan Rasululloh dengan Abu Bakar Ash Shidiq.

Suatu hari di Mekkah, Abu Bakar bin Abi Quhafah (Abu Bakar Ash Shidiq) diinjak dan dipukuli dengan keras. Utbah bin Rabi’ah mendekatinya sembari memukulinya dengan kedua terompahnya yang tebal dan melayangkan ke arah wajahnya, “prak”. Tidak hanya itu, Utbah melompat ke atas dan menjatuhkan badannya tepat di atas perut Abu Bakar, siksaan Utbah juga menjadikan wajah Abu Bakar bonyok, sehingga tidak diketahui mana hidung dan mana wajahnya.

Setelah itu diangkutlah Abu Bakar dengan menggunakan bajunya oleh Bani Tamim dan dicampakkan di rumahnya. Dianggap sudah tidak bernyawa, namun Abu Bakar tersadar dan mengucapkan lirih, “Apa yang terjadi terhadap diri Rasululloh?” Mereka mencibir dan mengumpat kepadanya. Lalu menyerahkan kepada ibunya, Ummu Khair.

Ketika sang ibu membujuknya agar mau makan dan minum, justru sang anak khawatir pada sahabatnya, Muhammad. “Apa yang terjadi pada diri Rasululloh?” Ibunya, menjawab, “Demi Alloh! aku tidak tahu apa yang terjadi pada diri sahabatmu itu?, sahut ibunya. “Kalau begitu pergilah menemui Ummu Jamil binti Khathab, lalu tanyakan kepadanya”, pinta Abu Bakar kepada ibunya.

Singkat cerita, Ummu Jamil ikut menengok Abu Bakar dan menyaksikan luka lebam yang ada pada Abu Bakar, lalu berujar, “Demi Alloh! Sungguh kaum yang melakukan ini ialah kaum yang fasik dan kafir”. Abu Bakar malah berkata, “Apa yang terjadi terhadap diri Rasululloh?”Ummu Jamil menghiburnya, “Tidak usah khawatir terhadapnya. Beliau dalam kondisi sehat dan bugar”.

“Dimana beliau sekarang?”, tanya Abu Bakar. “Ada di Dar Ibnu Arqam”, Jawab Ummu Jamil. Abu Bakar berkata lagi, “Aku bersumpah kepada Alloh untuk tidak mencicipi makanan dan minuman hingga mendatangi Rasululloh”. Setelah kondisi tenang, mereka berdua memapah Abu Bakar untuk mempertemukan dengan Rasululloh.

Sungguh, bentuk kecintaan yang langka dan persahabatan yang kuat. Maka dari itu persahabatan mereka (Rasululloh Muhammad dan Abu Bakar) sampai surga. Lantas bagaimana panduan sahabatan sampai surga?, mari kita coba telaah panduan Ilaihiyah berikut ini :

  1. Persahabatan karena iman dan seiman

Iman menjadi poros kebaikan bagi mukmin. Iman menjadikan amal menjadi berkualitas dan berarti. Begitupun juga sebuah persahabatan harus didasari dengan iman, bukan hanya karena hobi, bukan hanya karena sama-sama sekantor, bukan hanya karena sama-sama senasib, sekampus, sesuku, tapi karena iman. Iman yang menjadikan semakin berkualitas, iman yang menjadikan persahabatan langgeng. Apa saja alasan untuk bersahabat, dasari dengan iman.

Selanjutnya, sahabatan yang sampai surga juga sahabatan dengan yang seiman, karena iman yang menyelamatkan diri dari api neraka. Jika sahabatan dengan yang tidak seiman, itu merupakan anjuran untuk bersikap toleransi dan urusan duniawi dan mu’amalah. Itulah ukhuwah basariyah (persaudaraan kemanusiaan).

  1. Saling support dalam perbaikan diri dan mengutamakan perdamaian

Seorang yang bersahabat akan saling mendukung dalam kesholihan, perbaikan diri untuk lebih baik. Karena sadar sahabat yang tahu kekurangan, maka ia sangat bijak memberikan masukan, kritik membangun dan bahkan peringatan agar tidak terjerumus ke dalam kesalahan yang lebih jauh. Ya, saling support dalam kebaikan, akan menjadikan motivasi tersendiri bagi sahabatnya. Selanjutnya, sahabat itu akan mengutamakan perdamaian bukan permusuhan, terkadang sahabat itu berantem, lalu damai lagi. Maka selama mau berdamai persahabatan itu akan langgeng.

  1. Komitmen dan disiplin terhadap aturan Alloh

Sahabatan itu memegang komitmen dan disiplin dengan kesepakatan. Lebih-lebih kesepakatan yang mendasarkan taqwa, bukan permusuhan, bukan kesepakatan dosa, tapi komitmen untuk tetap dalam lingkaran taqwa. Sahabatan katena taqwa inilah yang akan mendapatkan rahmat Alloh baik dunia maupun akhirat. Semisal sahabat mengajak kepada kemaksiatan, itu tidak perlu diikuti meskipun rayuan pilu mengatasnamakan sahabat. Jangan mengikuti sesuatu tanpa ilmum, karena akan diminta tanggung jawab masing-masing. Jadi, sahabatan tidak boleh mengurangi disiplin terhadap aturan Alloh dan tetap harus komitmen terhadap nilai syariat yang ditetapkan Alloh serta menjauhi apa saja yang dilarang Alloh.

 

Jadi simpulannya sahabatan sampai surga yang mendapatkan rahmat Alloh ialah sahabatan yang didasari iman, kesholihan dan taqwa. Bukan sahabatan yang sama-sama terjerumus dalam dosa, dalam kemaksiatan, dalam kesalahan yang tak ada ujung taubatnya.

 

“Di sekitar Arsy-Nya ada menara-menara dari cahaya, di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya, wajah-wajah mereka pun bercahaya. Mereka bukan para nabi dan syuhada, hingga para nabi dan syuhada pun iri kepada mereka.” Ketika para sahabat bertanya, Rasulullah menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.” (HR. Tirmidzi).

 

Contoh konritnya ialah Nabi Muhammad dengan Abu Bakar Ash Shidiq yang bersahabat di dunia dan di akhirat. Mereka saling support dalam kebaikan, saling berkorban demi agama Alloh dan demi taqwa.