Oleh : Etty Sunanti (The Owner of ESP)

 

Masih ingatkah dengan materi Verbal Abuse di artikel sebelumnya? Sebuah kalimat yang bermaksud ingin menguasai seseorang, tetapi ujung-ujungnya malah terjadi musibah. Ialah kata-kata yang menjatuhkan mental seseorang.

Demikian pula sering dilakukan orang tua kepada putra-putrinya. Mengapa begitu banyak orang tua yang menggunakan cara menjatuhkan mental anaknya, dengan verbal abuse.

Pada judul artikel kali ini, adalah MENUMBUHKAN BUKAN MEMATIKAN.

Bahwa kita sebagai orang tua dan pendidik, mari menggunakan metode menanam tanaman. Membuat tanaman tumbuh subur, hingga berbunga dan berbuah. Penuh manfaat, keberkahan dan menyenangkan dipandang mata. Itulah Qurrota A’yun, menyenangkan saat di dipandang.

Sebenarnya banyak aspek, yang bisa mematikan anak. Bisa dari perkataan, perbuatan orang tua, teladan yang buruk, nutrisi yang dimasukkan ke putra-putrinya, dan berbagai cara mendidik yang keliru.

Mendidik anak ibarat memperlakukan sebuah tanaman. Bagaimana kita merawat dan memperhatikannya. Anak adalah cerminan dari orang tuanya. Siapa orang tuanya, bisa dilihat bagaimana anaknya. Baiklah kiranya, apabila kita bisa belajar dari tanaman.

  1. Menyirami dengan air, karena tanaman butuh air. Kalau kita tidak memberikan kebutuhannya, bagaimana mungkin ia tumbuh. Ia akan mati. Demikian dengan putra-putri kita, perhatian orang tua dalam memberikan makan dan minum, akan menumbuhkan anak-anak yang sehat dan kuat.  Sekarang era digital, semua serba instan. Banyak orang tua memberikan makanan dan minuman kepada anak-anak mereka, dengan cepat saji. Dimana komposisi nutrisi untuk Kesehatan sudah benar-benar diabaikan. Ketahanan tubuh anak anak jaman sekarang begitu lemah.
  2. Kebutuhan sinar matahari. Sebuah cahaya dalam kehidupan. Jika anak hanya diberikan kegelapan, maka dia akan menjadi gelap. Cahaya kebenaran, harus senantiasa ditanamkan semenjak dini. Agar anak mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Anak yang memiliki kemampuan mengerti mana yang benar, dia menjadi lebih tangguh menghadapi berbagai persoalan.
  3. Memberikan pupuk sesuai kebutuhan. Ibarat anak diberikan ilmu yang bermanfaat. Mereka akan tubuh lebih subur, dan menggairahkan. Serta memiliki spesifikasi yang berbeda dari tanaman yang lain. Begitupun ilmu khusus yang dimiliki seorang anak. Dia akan memiliki ciri khas keilmuwan, yang kelak akan dibutuhkan umat manusia.
  4. Membersihkan gulma atau tanaman pengganggu. Banyak orang tua yang membiarkan anak-anaknya tumbuh dengan teman yang salah. Atau membiarkan anak melakukan hal-hal negatif, tapi orang tua tidak tegas mencegah atau membuang penyakit itu. Ini sangat berbahaya. Karena dengan banyaknya tanaman pengganggu, tanaman inti akan kesulitan berkembang dan tumbuh.
  5. Menggemburkan tanah, dengan mengaduk-aduk kembali. Sebuah media tumbuh perlu diperhatikan dengan baik. Jangan sampai media tumbuh, justru membuat anak dangkal dan tumpul dalam bertumbuh. Diibarat kan rumah tinggal, sekolah, komunitas, yang harus diwaspadai, sudah kondusif atau belum? Orang tua wajib mengevaluasi. Jangan pasrah begitu saja, tanpa pernah mengecek keberadaan media belajar anak.
  6. Memotong ranting yang kering rusak dan daun yang terkena penyakit. Hal ini sangat membantu untuk menumbuhkan putra-putrinya dengan baik. Karena ranting yang kering daun yang berpenyakit, akan menularkan penyakit kepada daun daun yang sehat.

Persoalannya, seringkali orang tua banyak melakukan hal hal yang justru mematikan, bukan menumbuhkan. Semisal, anak ingin masuk pondok pesantren, tetapi orang tua melarangnya.

Atau sebaliknya anak ingin sekolah umum, tetapi orang tua memaksanya harus masuk pondok pesantren. Orang tua memang mempunyai berbagai alasan, tetapi seringkali mereka tidak paham, bahkan tidak mau memahami keinginan anak.

Alasan-alasan orang tua, yang sebenarnya membuat anak tidak tumbuh dengan baik, tetapi justru jatuh tak berdaya. Mungkin secara fisik nampak baik-baik saja. Tetapi secara mental atau kepribadian akan tumbuh tidak baik.

Padahal, ketika anak sudah memiliki keinginan, maka dia akan mengimbanginya dengan tanggung jawab yang baik. Orang tua tinggal memahami dan mendukung keinginannya. Kemudian diteruskan dengan stimulasi dan diskusi yang baik.

Kadang-kadang justru orang tua, menghabiskan energi dengan konflik berkepanjangan hanya karena beda keinginanan.

عن مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ بَنَى بُنْيَانًا فِى غَيْرِ ظُلْمٍ وَلَا اعْتِدَاءٍ أَوْ غَرَسَ غَرْسًا فِى غَيْرِ ظُلْمٍ وَلَا اعْتِدَاءٍ كَانَ لَهُ أَجْرٌ جَارِيًا مَا انْتَفَعَ بِهِ مِنْ خَلْقِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ رواه أحمد

Artinya, “Dari sahabat Muadz bin Anas RA, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam  bersabda, ‘Siapa saja yang mendirikan bangunan atau menanam pohon tanpa kedhaliman dan melewati batas, niscaya itu akan bernilai pahala yang mengalir selama bermanfaat bagi makhluk Allah yang bersifat rahman,” (HR Ahmad).

Dalam hadits tersebut disebutkan, “Menanam pohon tanpa kedhaliman dan melewati batas, akan bernilai pahala”. Artinya kalau menanam tanaman dengan dhalim, tentu tidak akan berpahala atau sia-sia. Perbuatan kita tidak menumbuhkan justru mematikan.

Karena masing-masing tanaman memiliki karakter tersendiri. Demikian pula anak. Mereka memiliki karakter dan ciri khas tersendiri, yang tidak bisa kita paksakan. Apabila kita paksakan, mereka tidak akan tumbuh dengan baik, tetapi justru akan mati. Na’udzubillahi mindzalik.

Semoga bapak ibu menjadi orang tua yang baik. Yang bisa mengupayakan pertumbuhan putra-putrinya dengan subur, baik, menyenangkan dan penuh keberkahan. Allahumma Aamiin..

Ketika anak sudah memiliki keinginan, maka dia akan mengimbanginya dengan tanggung jawab yang baik. Orang tua tinggal memahami dan mendukung keinginannya. Kemudian diteruskan dengan stimulasi dan diskusi yang baik.