Oleh ; Rofiq Abidin (Ketua Yayasan Suara Hati)

 

Seseorang yang bertaqwa jika akan melakukan tindakan jahat itu terasa dalam hatinya,

“Ini salah, ini dosa, ini berbahaya”.

Selanjutnya ia akan mengingat Alloh, berdzikir. Sehingga perbuatan jahatnya tak jadi dilakukan.

Kenapa?

Jawabannya serius, ia BERTAQWA.

Orang yang bertaqwa akan mawas diri dengan kebusukan hawa nafsunya sendiri, karena musuh yang paling intensif menggodanya ialah dirinya dengan dalih pembenarannya.

Jika bertaqwa, ia akan berani menghentikan perbuatannya jika terlanjur salah, atau bahkan mulai terasa salah, bukan meneruskannya. Ia ingat akan Alloh Tuhannya, lupa akan janji dunia, tapi ingat akan akibat di akhiratnya.

 

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya)
(QS Al-Anfal : 201).

 

Kenapa?

Jawabnya serius, karena ia BERTAQWA.

Kata ini sering kita ucapkan, tapi kita lupa mengamalkan, atau bahkan tak tahu entitas taqwa itu apa.

TAQWA itu waspada, hati-hati, sampai abu Hurairah menggambarkan sikap taqwa itu seperti berjalan di jalan yang banyak durinya.

TAQWA itu DISIPLIN, ia konsisten terhadap aturan TUHAN, ada perintah yang sangat mungkin dilakukan, ia bergegas mematuhinya, itu taqwa. Pun juga jika ada yang haram ia disiplin meninggalkan, meski rayuan terus berdatangan. Itu TAQWA.

TAQWA itu takut kepada Alloh.
Banyaknya kuasa Alloh yang ditampakkan pada dirinya ia takut kepada Alloh sehingga ia ingat kepadaNya. Dan mendekat mengambil mushaf, membaca, mentadabburinya. Menuju tempat ibadah untuk mendekat kepadaNya.

Jika taqwa, maka ia ingat.

Sebab taqwa iku eling lan waspodo.