Oleh : Etty Sunanti (The Owner of ESP)

 

Pernahkah para orang tua dan pendidik kaum muslimin melihat tontonan film kartun anak-anak yang biasa ditonton mereka? Misal cerita kutukan penyihir, kartun Tom and Jerry, yang saling mengejar saling membuli, bahkan saling menghancurkan dengan sadis. Sementara di sisi lain, kita mengajarkan aqidah, tauhid, anti sihir, anti kekerasan.

Kita berusaha mengajarkan kasih sayang, layaknya bismillahirrohmaanirrahiim, Tetapi kenyataannya, di sisi lain kita membiarkan anak menonton sesuatu yang kontradiktif dengan ajaran yang haq.

Contoh lainnya, di negara barat dengan berbagai lembaga banyak memberikan fasilitas beasiswa ke luar negeri. Pemuda dan pemudi yang cerdas dari negeri Muslim ditawari untuk kuliah di universitas favorit yang di sana. Di bidang ilmu sosial, mereka dipilihkan program studi yang rentan terhadap ghazwul fikri, misalnya filsafat, antropologi, sosiologi, dan lain-lain.

Mereka ‘dikader’ untuk menjadi ahli di bidang tersebut, lalu dipulangkan ke negeri masing-masing. Harapannya, mereka dapat menjadi pelaku utama dalam ghazwul fikri atau merusak Islam dari dalam yang perubahan atau modernisasi. Akhirnya setelah studinya selesai si pelajar atau mahasiswa tersebut menjadi orang yang telah tercabut dari akar budaya dan keislamannya.

Apakah Ghozwul Fikri itu?

Ghazwul fikri berasal dari kata ghazw dan al-fikr, yang secara harfiah dapat diartikan “Perang Pemikiran”. Maksudnya ialah upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh Allah untuk meracuni pikiran umat Islam agar jauh dari Islamnya, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke akar-akarnya.

Perang pemikiran atau ghazwul Fikri adalah cara lain dari barat untuk menghadapi umat islam khususnya dalam merusak sendi-sendi islam bahkan keseluruhan. Perang pemikiran berbeda dengan perang militer atau fisik. Perang pemikiran lebih ‘mudah’, hemat waktu dan biaya bahkan lebih efektif dari perang fisik yang banyak menguras tenaga juga biaya yang tidak sedikit.

Sebagaimana Firman Allah dalam Al Qur’an surat Attaubah ayat 32 :

“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.”

Jika yang menjadi korban ghazwul fikri adalah seorang tokoh terkemuka dan berpengaruh, maka racun ghazwul fikri itu segera menjalar secara cepat, karena tokoh tersebut akan diikuti dan ditiru oleh pengikut dan penggemarnya. Tantangan kita sebagai orang tua ataupun pendidik sangat berat. Kita bersusah payah, menginginkan putra-putri yang shalih shalihah, tetapi alangkah malangnya dengan mudahnya dirusak pihak lain. Na’udzubillahimindzalik.

Alasan mereka melakukan Ghazwul Fikri (perang pemikiran) karena beberapa hal,

Pertama, Sulitnya mengalahkan umat islam secara militer. Hal ini membuat mereka stress karena mereka sudah banyak memakan biaya yang tidak sedikit, tenaga yang besar bahkan telah mengorbankan banyak nyawa. Terbukti dengan adanya perang di Palestina, Afghanistan dan masih banyak negeri muslim yang mereka perangi namun kemenangan tidak pernah datang.

Kedua, karena biayanya lebih rendah, mereka tidak perlu membeli tank-tank, pesawat-pesawat, amunisi. Yang mereka perlukan hanya menyebarkan ide-ide yang mereka usung ke seluruh belahan dunia dengan tujuan imperialisme-kolonialisme. Bahkan dengan cara ini yang tidak terjangkau oleh perang fisik bisa terjangkau dengan perang pemikiran.

Ketiga, karena lebih mudah dilakukan berkat bantuan kaki tangan mereka dari kalangan umat islam sendiri, Inilah ‘virus’ yang amat berbahaya dari segala virus, ‘virus’ ini lebih hina dan keji dari virus HIV/AIDS namun dari cara kerjanya sama, mereka menggerogoti ‘organ-organ′ penting agama ini yang mengakibatkan hancur dari dalam.

Keempat, Hasilnya lebih memuaskan karena melanggengkan penjajahan barat terhadap dunia islam. Para pemimpin negeri muslim yang berkiblat pada barat dengan mudah ‘dikontrol’ oleh mereka, bahkan menjadi boneka mereka yang menjalankan pemerintahan di bawah perintah barat.

Adapun sasaran-sasaran yang mereka tuju dalam melakukan ghazwul fikri,

Pertama, adalah mendangkalkan Aqidah hingga pemurtadan.

Kedua, menumbuhkan keraguan terhadap ajaran Islam. Mereka mengobok-obok hukum Islam dengan menyebutkan hukum-hukum Islam sudah tertinggal oleh zaman, tidak bisa diterapkan lagi dalam kehidupan sekarang.

Ketiga, mereka menciptakan sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan). Mereka mengatakan agama tidak perlu dibawa-bawa dalam aktivitas keseharian, khususnya politik. Sekulerisme menjadi kaidah berpikir untuk melemahkan dan menghancurkan Islam.

Keempat, menumbuhkan Islamphobia baik pada kalangan umat Islam maupun kalangan non-Islam. Mereka ‘menciptakan’ ide “Perang melawan kaum muslimin dengan opini opini negatif”

Kelima, merusak moral kaum muslimin. Mereka merusak moral kaum muslimin dengan cara ‘memperkenalkan’ pergaulan bebas, free sex, Clubbing, lagu-lagu, budaya pacaran dan segudang aktivitas lainnya yang banyak dilakukan kaum muslimin sekarang ini khususnya anak muda.

Keenam, memecah belah persatuan umat islam. Mereka memakai pisau analis yang ‘membagi-bagi’ kaum muslimin terdiri dari berbagai jenis kelompok.

Dan yang ketujuh, adalah melanggengkan kolonialisme baru di tengah-tengah dunia Islam.

Maka apa yang harus kita lakukan untuk mengantisipasi Ghozwul Fikri ini?

  1. Orang tua harus faham dengan Ghozwul Fikridan memiliki semangat untuk mengantisipasinya.
  2. Menanamkan aqidah dan akhlaq yang benar dan kuat semenjak dini.
  3. Memilihkan teman, guru, lembaga pendidikan dan lingkungan yang kondusif untuk keimanan putra-putri kita.
  4. Senantiasa berusaha mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, hingga menjadi mindset, jiwa dan kebiasaan dalam hidup.
  5. Kritis dan waspada terhadap segala gejala perubahan anak dalam bertutur kata, pendapat, serta argumentasinya.
  6. Meruqyah diri dengan senantiasa membaca Al Qur’an dan doa-doa perlindungan..

Semoga materi Ghozwul Fikri ini bisa menggugah nurani kita semua, untuk membentengi putra-putri dan generasi kita dari segala fitnah akhir zaman ini. Aamiin.

#Attarbiyah