oleh:
Rofiq Abidin (Direktur LAZ Persada Jatim)
Dihujat adalah sebuah perlakuan yang buruk yang diterima seseorang secara perkataan. Ya memang, ketika kita dihujat rasanya itu gak enak banget, seolah-olah kita nggak ada harga diri. Banyak sekali alasan me- ngapa seseorang justru suka sekali menghujat kita. Salah satu alasannya adalah rasa iri karena merasa kamu lebih baik dari dirinya Akhirnya selalu mencari celah dimana bisa mencari kelemahan kita sebagai bahan hujatan. Bagaimanapun kebaikan yang kita lakukan tidak akan ada arti di matanya.
Lalu sebagai mukmin apa yang mesti kita lakukan untuk mengatasi hujatan orang lain? Mukmin yang terus membangun peradaban kebaikan, tak gentar dengan hujatan, tak lapuk dengan hasutan.
Perubahan tak bisa dengan cara biasa-biasa, tak bisa dengan sambil lalu, karena pokok peradaban itu kuncinya pada pembangunan manusia tentu menjunjung kemanusiaan.
Saat dihujani hujatan, tetap bijak mengatakan dan menyikapi dengan keselamatan, kebaikan dan perdamaian. Bukan membalas hujatan yang lebih buruk.
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka
(dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan salam” (QS. Al Furqon: 63)
Rendah hati bukan suatu kehinaan, namun sikap adab yang tinggi, yang justru meninggikan derajatnya. Mendebat orang yang tidak paham, hanya akan menghabiskan peluru hujjah, lebih baik membalas dengan ungkapan lembut dan lebih bijak dengan mem- bangun kebaikan-kebaikan peradaban yang diniatkan li’lilahi kalimatillah. Fa’tabiru ya ulil abshor.