Oleh : Etty Sunanti

Sudah empat tahun, kami bereksperimen mendidik para santri, dengan media Ramadhan. Dan, Alhamdulillah hasilnya cukup signifikan. Mereka menjadi sangat mencintai Ramadhan, dan InsyaAllah senang beribadah kepada Allah.

Sebelum memasuki bulan Ramadhan, di akhir Sya’ban, kami mengadakan mabit (malam bina iman dan taqwa) dengan bermalam di sebuah pondok pesantren yatim. Di sana anak-anak diberi pendalaman masalah aqidah, akhlaq, ibadah dan siroh. Kemudian mereka juga diajak pawai keliling jalan raya bersama anak-anak ponpes dan sekitar. Dalam rangka tarhib, bersuka cita menyambut bulan Ramadhan. Masya’ Allah berapa senangnya mereka. Sungguh sangat berkesan.

Ramadhan memang harus diberikan sambutan yang luar biasa. Setiap hari mereka mengaji, sore jam 16.00, dengan materi sebentar oleh ustadz, di lanjutkan program tahsin dan tahfidz. dan yang ditunggu adalah berbuka bersama. Kami menyediakan setiap hari full hidangan berbuka, gratis.

Setelah itu mereka sholat Isya’ berjama’ah, lanjut tarawih. Selesai tarawih masih dilanjutkan Tadarus Al Qur’an hingga jam 22.00. Saat tadarus, juga disiapkan sajian konsumsi minuman hangat dan kue-kue. Kemudian sholat subuh, juga memberikan tugas kepada remaja wajib sholat berjamaah di Musholla kami.

Untuk anak-anak putra yang sudah baligh dan remaja , kami berikan jadwal Adzan Iqamah dan menjadi Imam Sholat 5 waktu. Bahkan yang bacaannya terbaik, diberikan jadwal menjadi imam sholat tarawih.

Selaku ketua Madrasah, ustadzah dan pengelola tempat ibadah, senantiasa berfikir serta berupaya. Bagaimana caranya anak-anak generasi masa depan ini, mencintai Islam, dan terbiasa dengan ibadah ibadah yang diperintahkan Allah dan RasulNya.

Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab ‘Ibadah (عبادة). Dalam terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini memiliki arti:

  • Perbuatan atau pernyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama.
  • Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya.
  • Upacara yang berhubungan dengan agama.

Ibadah menurut Islam, yang di siratkan di dalam Al-Qur’an, pengertian ibadah dapat ditemukan melalui pemahaman bahwa:

Manusia itu diciptakan menjadi hambanya, yaitu Allah, atau dengan kata lain beribadah kepada Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus.

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْۗ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ ۝٦١

“Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”

(QS. Ya-Sin 36: Ayat 61)

 

Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah, maka ia berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِيْٓ اُوْحِيَ اِلَيْكَۚ اِنَّكَ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ۝٤٣

“Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus.”

(QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 43)

Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada Allah itu ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah. Jadi pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan yang ada selama wahyu Allah memberikan pegangannya dalam persoalan itu.

Itulah mengapa umat Islam tidak diperkenankan memutuskan, mengubah dan menambahkan suatu persoalan hidupnya sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah memutuskan perkara itu.

“ …dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka, dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab 33:36). ”

Menurut bahasa ibadah adalah merendahkan diri, ketundukan dan kepatuhan akan aturan-aturan agama. Sedangkan menurut istilah syar’I  Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir).

Maka salat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan doa, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya.

Lantas, apakah bisa mengajarkan dan membiasakan ibadah kepada kaum muslimin, kalau tidak di mulai semenjak dini?

Ada 4 teori belajar yaitu:

  1. Teori Behaviorisme, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman dan latihan dalam hubungan stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan kemampuan siswa atau anak dalam bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Ramadhan, memiliki stimulus yang luar untuk mengajak anak anak beribadah kepada Allah.
  2. Teori Kognitivisme,adalah Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Ramadhan, selama 1 bulan penuh memiliki durasi waktu proses belajar yang sangat cukup. Anak-anak di tempa setiap hari melakukan amalan amalan wajib dan sunnah, yang luar biasa.
  3. Teori Humanistik, berasumsi bahwa teoribelajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara optimal. Sudah otomatis, Ramadhan adalah ajang untuk memanusiakan manusia. Mereka di hormati Allah dan makhluk se-alam semesta ini. Karena mereka nada target, bisa menjadi fitri (suci) saat Idul Fitri, mereka berhak mendapatkan kemenangan.
  4. Teori Kontruktivisme,mengakui bahwa peserta didik akan dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Maka tentu saja Ramadhan dan segenap pembiasaannya, serta berbagai informasi ilmu agama, akan memberikan penguatan kepada mereka.

Maka 4  teori belajar, bukan bersifat parsial pada bulan Ramadhan. Tetapi justru semua aspek dan teori belajar, telah bisa di rasakan manfaatnya untuk pendidikan generasi ini.

Ada 2 hal yang penting bagi pendidikan adalah :

  1. KESAN

Ramadhan memiliki daya pesona dan kesan yang luar biasa bagi kaum muslimin muslimat, mukminin dan mukminat. Semua sesi ibadah di bulan Ramadhan memiliki kesan yang indah bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Demikian pula untuk anak-anak rahimakimmullah.

  1. PEMBIASAAN

Ramadhan memiliki pembiasaan diri dalam ibadah, yang sangat luar biasa, berpuasa, sholat, membaca Al Qur’an, bersedekah, menahan diri dalam segala hal yang tiada berguna, sahur, berbuka, hingga iktikaf di Masjid.

 

Maka, selepas Ramadhan, harapan yang besar serta memohon kepada Allah. Agar generasi kita, di masa depan menjadi para Ahlul Ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

 

Tidak ada keindahan dalam hidup ini, kecuali menjadi orang-orang yang Ahlul Ibadah, mereka ruku’ dan sujud kehadirat Illahi Robbi. Mencintai sesama dengan memperbanyak beramal dan bersedekah. Menjadi hamba-hamba yang memiliki empati, dermawan dan siap menolong saudaranya di manapun berada. Menjadi insan yang lisannya dipenuhi dengan bacaan Al Quran dan Dzikir kepada Allah.
Cara berfikir dan bersikapnya, sebagaimana ketundukannya kepada hukum-hukum Allah. Masya’Allah.. Tabaarokallah..

 

Semoga, anak-anak kita dijadikan Allah menjadi Ahlul Ibadah di selepas Ramadhan 1445 H yang indah dan syahdu ini. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin..

Taqobbalallahu minna waminkum taqobbal Yaa Kariim.. 

 

#tarbiyah
#attarbiyah
#parenting