Oleh : Rofiq Abidin (Ketua Yayasan Suara Hati)

 

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Lukman : 14).

Lelah yang bertambah-tambah saat hamil, meregang nyawa saat melahirkan hingga menyusui bayinya selama 2 tahun. Itulah pengorbanan semua ibu yang mutlak dilakukan. Belum lagi mengorbankan urusan dan kepentingannya untuk kebaikan anaknya yang sedang tumbuh kembang menjadi pribadi yang sehat dan cerdas. Berbagai pengorbanan seorang ibu yang tersebut di atas, merupakan bukti mutlak rasa cinta kepada seorang anak. Maka sudah sangat selayaknya seorang anak melakukan bakti kepada ibunya.

 

Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

 

اْلجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ

Surga itu di bawah telapak kaki ibu

Hadits dengan redaksi seperti ini disebutkan oleh Imam As Suyuthiy di dalam kitabnya Ad Durar al-Muntsirah Fi al-Ahâdîts al-Musytahirah (buku yang kami gunakan sebagai rujukan dalam kajian ini), dengan menyatakan bahwa ia diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Anas. Namun penahqiq (analis) atas buku tersebut, yaitu Syaikh Muhammad Luthfy ash-Shabbâgh memberikan beberapa anotasi berikut:
“Hadits dengan redaksi (lafazh) seperti ini kualitasnya Dla’îf (lemah).

Maka, jika hadits itu dhoif tidak bisa mutlak dijadikan suatu hukum. Namun, bisa menjadi pedoman sikap selama mengandung kebaikan. Nah, bagaimana kita mengambil hikmahnya?

Mari kita coba menganalisa, dari sekian ibu dari keluarga nabi, maka ibulah yang menjadi ukuran kesuksesan anaknya. Salah satu contoh, istri dari Nabi Nuh dan Nabi Luth yang disebut Al-Qur’an ingkar dengan kebenaran islam, maka anaknya menjadi anak yang durhaka. Sedangkan istri dari Nabi Ibrahim kedua-duanya menjadi ibu yang sukses, dengan kedua anaknya yakni Ismail dan Ishaq menjadi manusia mulia yakni seorang nabi.

Dengan demikian, jejak langkah atau perilaku ibu akan berdampak besar bagi kehidupan seorang anak baik dunia maupun akhiratnya.

 

Ibu Madrasah Pertama

 

Ibulah yang mengajari dengan sabar kepada anaknya yang masih bayi yang dicintainya. Apa saja yang diteladankan ibu menjadi pendidikan pertama bagi sang anak.

“Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala).” (HR. Bukhari)

Bagaimana perangai orang tua akan mempengaruhi keimanan seorang anak, terutama sentuhan ibu sejak kecil yang memberikan kasih sayang dan memberikan pengajaran tentang kehidupan sejak usia dini. Oleh karena itu, ibu adalah sekolah pertamanya, sedangkan bapak adalah kepala sekolahnya. Ibu yang mengajarkan kata-kata, perilaku hingga cara merespon suatu peristiwa. Jika ibu memberikan teladan yang baik, maka jiwa seorang anak akan terbawa yang baik. Jika sebaliknya, maka anak akan terobsesi yang buruk.

 

Dahsyatnya keridhoan Ibu

 

(اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)  رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ

Artinya: “Ridho Allah SWT bergantung dari ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT bergantung dari kemurkaan orang tua,” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

Ridho seorang ibu menjadi jaminan ridho Alloh. Hal ini bukan tanpa kalkulasi, mengingat pengorbanan seorang ibu begitu besar kepada seorang anak. Siapa saja yang ingin hidupnya sukses, selamat dan bahagia, maka muliakan, bahagiakan ibumu. Namun, seorang anak yang tidak memuliakan ibu dan bahkan durhaka, maka kehidupannya akan mengalami kesulitan atau bahkan mengalami kesempitan keberkahan. Kenapa? karena seorang ibu memiliki nilai yang besar yakni keridhoannya.

Maka dari itu, seorang anak yang ingin sukses dunia akhirat muliakan dan mintalah doa ibu. Tengoklah Uwais Al Qorni, seorang hamba yang memiliki prestasi baktinya kepada ibunya. Ia mau menggendong ibunya dari jarak yang cukup jauh, demi memenuhi keinginan ibunya pergi ke tanah suci. Sampai-sampai Rasululloh memerintahkan Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib meminta doa kepadanya. Apa istimewanya? Baktinya kepada ibunya yang sudah tua renta dan lumpuh.

Nah, dengan demikian, siapakah pahlawan absolute dalam kehidupan kita? ialah IBU. Sebelum memberikan apresiasi kepada yang lain, semua manusia punya ibu, dialah pahlawan mutlak bagi semua anak. Dan semua manusia pasti seorang anak.

Ibulah yang rela mengorbankan nyawa untuk anaknya saat lahir, ibulah yang rela mementingkan keperluan anaknya di atas kepentingannya sendiri. Bahu ibulah yang selalu nyaman dan hangat untuk anaknya dan sentuhan ibulah yang meredakan amarah anak-anaknya.

Jadi, jangan ragu lagi, baktilah pada ibumu, jika ingin sukses dunia akhirat. Jangan pernah mengatakan yang melukainya, jika kau tak ingin mendapat murka Alloh. Perlakukanlah dengan baik, jangan mengasarinya. Karena ridho Alloh tergantung kerihoannya dan kemurkaan Alloh tergantung kemurkaannya.

“Siapa saja yang ingin hidupnya sukses, selamat dan bahagia, maka muliakan, bahagiakan ibumu. Namun, seorang anak yang tidak memuliakan ibu dan bahkan durhaka, maka kehidupannya akan mengalami kesulitan atau bahkan mengalami kesempitan keberkahan.”