Oleh : Etty Sunanti

 

Di era seperti ini, banyak orang tua yang mengeluh, anaknya susah diatur, anaknya nakal, anaknya lebih senang di luar rumah, anaknya lebih asyik dengan gawainya, dan sejuta problematika yang dihadapi. Perasaan orang tua mencintai anak, akan bisa berdampak luar biasa bagi kehidupan orang tua, juga anaknya. Bahkan ada berita yang sangat mengerikan, penjelasan dari ibu Dokter Dewi Inong Irana SpKK, dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin yang menangani kasus HIV- AIDS semenjak tahun 1990 di Indonesia. Menurut penelitiannya, dari 500 kasus pasien HIV-AIDS yang beliau tangani, di sebuah kota di Jawa Barat, mayoritas penyebabnya adalah anak-anak yang tidak betah di rumah. Kata dokter Inong, sumber kemaksiatan terbesar tersebut bisa terja- di, survey membuktikan karena mereka adalah anak-anak yang tidak betah di rumah. Mereka membenci orang tuanya, karena orang tua sering ribut, dan tidak mampu memberikan ketenangan kepada buah hatinya. Tidak ada kasih sayang. cinta, serta rasa damai, bahkan kenyamanan di dalam rumah. Kenyataan yang dialami dokter Inong sangat membuat kita semua prihatin, dan bergegas bermuhasabah.

Apakah anak kita baik-baik saja? Kebanyakan orang tua merasa sudah. menjadi orang yang baik, manakala sudah berusaha memberikan kebutuhan materi. Sedangkan kebutuhan non materi, mereka amatlah tidak perduli. Ada sebuah penelitian ilmiah. Bagaimanakah hubungan baik seorang anak kepada orang tuanya? Maka bisa menggunakan indikator berikut.

1. Mau di ajak bepergian dalam 1 kendaraan.
Hari ini sangat banyak anak-anak yang tidak suka bepergian dengan orang tuanya. Mereka lebih bahagia bepergian dengan teman-temannya. Artinya, ketika anak malas dan menolak, bepergian dengan orang tuanya, itu jelas indikasi mereka tidak mencintai orang tuanya.

2. Anak tidak takut berbuat salah atau negatif di depan orang tua.
Standar dan indikasi kenyamanan seseorang adalah tidak pernah merasa takut dihakimi. Anak merasa bebas melakukan apapun. Sampai hal-hal yang negatif, mereka lakukan di dekat ayah dan ibunya. Misal kentut, ngupil, berdiskusi hal hal yang tabu. Ada anak-anak yang sangat takut di depan orang tuanya, mereka begitu menjaga image sebagai anak yang baik, taat, menurut, sopan santun, karena mereka takut dimarahi. Tetapi perbuatan baiknya hanya topeng semata. Manusia memiliki sisi sisi negatif, bisa salah, bisa kurang, bisa khilaf.Kalau orang tua tidak bisa menerima dan memaafkan kesalahan anaknya, lantas kemana lagi mereka bisa merasa aman?

3. Saat berbicara, anak memandang/ menatap mata orang tuanya.
Perasaan orang tua mencintai anak, akan bisa berdampak luar biasa bagi kehidupan orang tua, juga anaknya. Bahkan mata adalah media kekuatan cinta yang luar biasa. Allah berfirman dalam Al Quran surat Yusuf ayat 84 yang artinya: “Dan Yakub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berka- ta: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya” (QS Yusuf ayat 84). “Dari mata turun ke hati”, itulah peribahasa yang sangat realistis di masyarakat. Seorang anak yang ketika ngobrol atau berbicara kepada ayah dan ibunya, disana nampak bahwa mereka mencintai orang tuanya. Jikalau anak tidak berani menatap mata ayah ibunya. Bahkan cenderung tidak mau melihat, di sana perlu di pertanyakan, dimana cinta itu berada?

4. Anak tidak mengghibah orang tuanya.
Kalau sampai ada ghibah kepada ibunya, ada kata buruk yang terucap meski tidak di depan orangtua, misal di sosial media, di buku harian, atau diceritakan ke temannya, maka pertanda anak itu sudah tidak suka dengan orangtuanya. Setiap fitrah anak pasti menyayangi orang tua. Kalau fitrah itu telah musnah, maka jelas ada banyak hal yang perlu dievaluasi. Wahai orang tua… muhasabahlah.

5. Anak tidak ada rahasia kepada orang tuanya.
Sudah menjadi kelaziman, bahwa orang tua adalah tempat curhat terbaik. Tidak ada tempat pengaduan yang paling aman, kecuali hanya kepada orang tuanya. Tetapi sayangnya, justru anak anak sering mera- hasiakan persoalannya dari orang tua, dengan banyak alasan. Misal, takut orang tuanya sedih, takut orang tuanya marah, takut orang tuanya tidak bangga kepada anak nya, dan berjuta alasan yang merugikan mereka semua.

6. Betah dan bahagia di rumah.
Apakah anak ayah ibu tipe yang betah di rumah? Mereka bahagia di rumah? Kalau mereka betah dan bahagia, selamat, ayah ibu adalah orang tua yang hebat. Asalkan betah di rumahnya, bukan mojok sendirian di kamar seharian penuh main gawai saja. Tetapi betah di rumah dengan sibuk melakukan aktivitas bermanfaat. Mengerjakan tugas pribadinya, membantu pekerjaan rumah, saling tolong menolong, aktif berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain. Serta banyak melakukan kreativitas demi kemajuan dirinya.

7. Anak jujur tidak berbohong pada orang tuanya
Jika anak tidak jujur kepada orang tua, pasti ada sebabnya: 1) Takut dihukum.  2) Orang tuanya selalu menyalahkan orang lain, minta menangnya sendiri.  3) Orang tua juga mencontohkan perilaku sering berdusta.   4) Karakter keluarga rapuh, jauh dari agama. Tidak takut kepada Allah Azza wa Jalla.

8. Anak menghormati orang tuanya Menghormati orang tua adalah karakter yang sungguh mulia.
Apabila anak meng- hormati orang tuanya. Selamat, bapak ibu telah menjadi figur yang hebat. Ketika anak berbuat sopan santun, mentaati orang tua, mendengarkan setiap perkataan orang tua, menjunjung tinggi marwah orang tua, maka disanalah anak. telah mencintai orang tuanya.

9. Anak tidak pasif, mereka aktif mengajak berkomunikasi dengan orang tuanya.
Jika anak selalu diam, membisu, tidak mau memulai pembicaraan kepada orang tuanya. Yakinlah, anak itu tidak mengerti artinya Cinta. Seorang insan yang jatuh cinta kepada orang lain, ia akan cenderung aktif, selalu berjuang ingin mendekat, merapat dan ingin mengajak bicara terlebih dahulu. Kalau tidak mau mendekat, apalagi tidak mau mengajak bicara, apalagi kepada orang tuanya, sungguh aneh. Bismillah, semoga kita semua menjadi orang tua yang di cintai putra-putrinya. Aamiin..

#tarbiyah
#attarbiyah

#parenting