Masalah aqidah, sangat mendesak dan utama yang wajib ditanamkan kepada anak-anak. memperkenalkan Allah beserta KehebatanNya, wajib kita berikan kepada mereka.

Pemurtadan di zaman ini lebih tersamar, dikemas dengan berbagai cara. Kalau dulu, pemurtadan digiring keluar dari Islam dengan cara bantuan sembako dan bersifat kebendaan. Atau menarik lawan jenis dengan aktivis non muslim. Tetapi sekarang, perusakan aqidah lebih canggih, di luar dugaan kita.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

(QS. Luqman : ayat 13)

 

Ada tahapan-tahapan perusakan aqidah yang bisa kita temui adalah :

  1. Perusakan Aqidah Anak-anak Balita atau golden age

Untuk anak-anak balita dirusak dengan tontotan film kartun. Contoh sederhana, ada film kartun, penolong kehidupan manusia justru makhluk berupa hantu yang baik hati. Sehingga anak-anak mempunyai image si hantu itu lucu dan baik, bahkan bisa menyelamatkan manusia. Atau super hero, yang memiliki kekuatan Iblis. Padahal, dalam sehari kita sholat selalu membaca surat Al Fatihah,

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah : ayat 5)

 

  1. Perusakan Aqidah Anak Sekolah Dasar dan Menengah Pertama

Jika usia anak sekolah dasar, dan menengah pertama. Perusakan aqidah sangat efektif dengan permainan game di gadget, bahkan yang fatal di buku panduan pelajaran sekolah, hingga tontonan youtube.

Pada suatu hari, saya terkejut, ada game untuk anak anak berupa bola api penghancur bumi. Jelas sekali, bola api itu adalah sihir santet. Pekerjaan para kahin (dukun) bekerjasama dengan Jin dan Iblis. Yang sudah jelas dosa besar, masuk neraka jahanam. Dimana itu pekerjaan syaithan laknatullah.

Bukankah tugas orang beriman adalah menjaga bumi. Hanya pekerjaan orang kafir musyrik yang senang menghancurkan bumi.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

“Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.” (QS. Al-Baqarah : Ayat 12)

Pernah saya mendapati seorang Guru Bahasa Inggris, memberikan panduan buku kepada muridnya. Guru tersebut seorang muslim yang taat ibadah. Tetapi, tanpa disadari menggunakan buku yang menyimpang aqidah untuk muridnya.

Bagaimana itu? Sebuah buku karya Orang Yahudi. Dimana buku itu mulai awal hingga akhir, memiliki orientasi sistemik perusakan aqidah. Ada sebuah cerita, nenek yang baik hati, suka menolong, ramah, dermawan. Saat meninggal dunia, si nenek menjadi hantu. Dan anehnya, buku itu justru digunakan oleh anak-anak kaum muslimin yang berkategori taat beragama.

 

  1. Perusakan Aqidah Anak Usia Menegah Atas Hingga Perguruan Tinggi

Bagi anak usia menengah atas hingga perguruan tinggi, digempur dengan pemahaman pemahaman sekularisme, atheisme, liberalisme, bahkan satanisme. Na’udzubillahi mindzalik.

Ada kisah nyata, seorang ayah menangis tersedu-sedu karena mendapati anaknya yang sudah mahasiswa menjadi rusak aqidahnya. Pasalnya, si anak yang semenjak kecil terbiasa membaca Al Quran, bahkan menghafal Al Quran, juga rajin ibadahnya, tiba tiba menjadi anak penentang Allah dan RasulNya. Dia mencaci maki Allah dan Islam di hadapan keluarganya.

Betapa ngeri dan beratnya tantangan kita sebagai orang tua dan pendidik di era digital ini. Kita berfikir, di era teknologi, pemurtadan dan kemusyrikan sepertinya sudah tidak relevan. Padahal, kenyataannya, justru semakin membabi buta. Hanya saja kemasannya lebih tersamar dan super canggih.

 

Laa tusyrik billah yang berarti, “Janganlah Menyekutukan Allah!!”

Artinya, kita mendidik putra-putri kita, agar Allah menjadi segala-galanya dalam kehidupan ini.

Kemudian, apa yang harus kita lakukan, agar anak-anak memiliki aqidah LAA TUSYRIK BILLAH??

  1. Orang Tua dan Pendidik, wajib MEMILIKI AQIDAH TUHID YANG KUAT. Agar bisa mengajarkan kepada putra-putrinya.  Senantiasa rajin memperdalam agama dan aqidah. Agar mengerti standar kemusyrikan atau tauhid yang benar itu bagaimana. Orang tua dan pendidik wajib mengerti Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Ubudiyah, hingga Asmaul Husna dan Sifat Allah. Bagaimana mungkin bisa mengajarkan Laa Tusyrik Billah, kalau orang tua dan guru juga tidak paham.
  2. Mengajarkan Tauhid sesuai usia anak. Ada TAHAPAN USIA dan METODE, agar anak memiliki tauhid yang benar dan baik. Dengan mengajarkan sesuai usia dan metode yang tepat, akan memudahkan anak paham dan mempraktikkan secara optimal di kehidupan sehari-hari.
  3. Orang tua dan guru wajib memiliki hubungan KOMUNIKASI YANG BAIK dengan putra-putrinya. Ketika ada pertanyaan, dialog, atau persoalan aqidah yang emergency, maka orang tua dan guru bisa menggiring ke jalan yang benar.
  4. Memiliki PENGAWASAN yang ketat, kritis, peka, wajib dimiliki orang tua beserta pendidik. Jangan sampai menjadi orang tua dan pengajar yang leha-leha, asal-asalan saja. Cuek dan abai, tidak mengerti kalau musibah itu sudah menimpa. Na’udzubillahi min dzalik.
  5. MENGONDISIKAN putra-putri di lingkungan yang lurus dan baik. Juga menjaga fasilitas yang diberikan kepada anak. Jangan sampai menjadi musibah. Pilihkan, guru, lingkungan dan teman teman yang sholih-sholihah.
  6. Senantiasa MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH, adalah sebuah keniscayaan. Tidak ada yang bisa menolong kita, kecuali Allah Azza wa Jalla. Marilah kita senantiasa memohon kepada Allah, agar menjaga dan melindungi diri kita dan generasi ini dari kerusakan aqidah.

 

Demikian, semoga membawa manfaat untuk kita. Dan menjadikan bekal menuju JannahNya. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.   Etty Sunanti