وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain”. (QS. Al Maidah : 20).

 

Suarahati.org, Sidoarjo – Hidangan Kemerdekaan yang Alloh berikan kepada bangsa ini, merupakan nikmat yang besar. Maka, mengisinya dengan menjaga dan mewujudkan berbagai karya serta peran adalah aksi syukur yang nyata. Para pendiri bangsa inipun telah membuat landasan yang jelas melalui nilai-nilai dasar Negara yang disepakati oleh semua pihak dan komponen bangsa yang mewakili dari berbagai unsur keberagaman. Kemerdekaan itu atas berkat rahmat Alloh Yang Maha Kuasa sebagaimana tertuang dalam UUD 45.

Proklamasi kemerdekaan yang di proklamasikan oleh Ir. Soekarno didampingi oleh Muhammad Hatta di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 (rumah Syeikh Faradj bin Marta yang telah diwakofkan) itu membuka semua jalan kebebasan, jalan kemakmuran dan jalan keadilan. Namun, menariknya bahwa apa yang didapat oleh bangsa Indonesia itu bukan semata-mata tenaga para pejuang, justru kemerdekaan yang dikawal oleh beberapa ulama’ ini dituangkan sebagai berkat rahmat Alloh Yang Maha Kuasa. Ini menandakan bahwa Bangsa Indonesia mensyukuri kemerdekaan kepada Alloh, meyakini bahwa kemerdekaan itu kehendak Alloh.

 

Pentingnya Berkah Rahmat Allah Bagi Bangsa Indonesia

Pencapaian yang telah hadir dipintu kemerdekaan menjadi kelegaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, maka seolah yang baru lari terengah-engah, lalu tatkala sampai kepada finish berucap Alhamdulillah. Adapun Bangsa Indonesia yang telah lepas dari belenggu penjajahan merasa lega dan menyatakan kemerdekaan sebagai angugerah yang selama ini telah diihtiarkan bersama. Sehingga Alloh menurunkan keberkahan dan rahmatnya kepada Bangsa Idonesia.

Nah, setelah bangsa ini merdeka, hendanya tidak boleh lupa dengan ungkapan yang konstitusional ini, karena ungkapan itu tidak hanya mengandung ungkapan syukur, namun juga ungkapan cita-cita luhur. Bahwa kemerdekaan yang didapat akan diisi dengan keberkahan dan rahmat Allah, untuk meraih keberkahan dari suatu bangsa itu apa rumusnya ?. Sebagaimana Alloh sampaikan dalam firmanNya :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ( Al A’raf : 96).

Jelas bahwa keberkahan negeri ini dipengeruhi seberapa besar penduduk Indonesia itu beriman dan bertaqwa. Karena Alloh menjamin keberkahan bangsa ini dari dua hal ini. Tentang keimanan, telah menjadi nilai dasar yang pertama yakni, Ketuhanan Yang Maha Esa, yang sebelumnya berbunyi ;“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Piagam Jakarta yang menyebutkan 7 kata yang dihapus karena ada kompromi politik para pendiri bangsa atas sikap keberatan dari Indonesia Timur kepada Founding Fathers. Maka selanjutnya dihapuslah 7 kata itu pada 18 Agustus 1945.

Keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi landasan bangsa ini, bahwa bangsa ini menjamin keimanan setiap agama yang telah diizinkan keberadaannya. Adapun ummat islam yang menjadi penduduk mayoritas dan banyak mempelopori perjuangan, sudah sepantasnya mendapatkan tempat untuk mentegakkan ketakwaanya kepada Alloh melalui  penegakan syariat.

Demi menghormati agama lain, ummat islam merelakan 7 kata itu dihapus dari nilai dasar negara. Namun bukan berarti ajaran islam tidak diperkenankan ikut mewarnai keputusan politik. Karena ruh Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa akan terus mengalami dinamisasi pemahaman dengan tolabul ilmi yang dilakukan ummat islam. Sedangkan ajaran islam yang bersifat universal dan komprehensif akan mendorong pemeluknya untuk menerapkan dalam berbagai sisi kehidupan, mulai dari toharoh, moral hingga sosial kemasyarakatan.

Inilah kesadaran nilai dasar negara yang pertama berkembang sebagai bentuk ketaqwaan kepada Allah dimana saja berada. Dengan demikian nilai dasar yang pertama adalah kunci keberkahan bangsa ini. Yakni kokohnya iman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tercapainya pelaksanaan ajaran Ilahi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Mengisi Nikmat Kemerdekaan dengan Peran Aktif dan Melek Politik

Udara kemerdekaan yang menyamankan kita dalam beribadah mahdho, tentu harus kita syukuri karena itu adalah ruh keimanan. Namun ummat ini tak cukup hanya memikirkan hablum minalllah dan melupakan amar ma’ruf nahi munkar. Salah satu cara untuk mentegakkan amar ma’ruf nahi munkar adalah dengan berperan aktif membangun negara sesuai dengan kemampuan yang kita punya. Berbagai peran yang mudah kita lakukan penulis menyarankan dari hal yang kecil :

  1. Peran Edukasi.

Peran yang mudah bagi para guru, motivator dan pembicara. Dengan memberikan informasi yang akurat dan konstruktif. Sehingga menggerakkan para audien, baik pelajar, mahasiswa dan kalangan professional untuk mensyukuri kemerdekaan dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam makna yang seluas-luasnya.

  1. Peran Sosial.

Bagi pegiat sosial yang memberikan tenaga, harta dan kemampuannya untuk kemaslakhatan ummat. Membantu sekecil apapun permsalahan bangsa, mulai dari bencana alam maupun bencana sosial. Contohnya pencegahan narkoba, free sex dan premanisme.

  1. Peran Kaderisasi

Melakukan tindakan membangun kesadaran yang dimulai dari keluarga dan anak-anak yang kita bina. Sehingga nyawa kemerdekaan terus menyala dalam sanubari mereka. Generasi kita tidak boleh buta sejarah, agar tidak dengan mudah mengubah konstitusi yang telah disusun oleh para pendiri bangsa ini.

Menyukuri nikmat kemerdekaan dengan berbagai peran tentu masih banyak. Setidaknya ada yang bisa kita lakukan. Sebagai warga kita tak boleh apatis terhadap bangsa ini. Karena para pahlawan dan pendiri bangsa ini telahpun mengeluarkan segala kemampuannya untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa ini.

 

ustadz Rofiq Abidin

 

 

 

Oleh : Rofiq Abidin
Suarahati.org