Pada saat ini, sepertinya kemampuan menulis pada anak anak, sangat rendah. Baik menyusun kalimat, atau membuat artikel yang memiliki dasar naqli dan aqli. Apalagi menulis menumpahkan isi hati, yang menjadikan healing. Malah semakin jarang.

Sedemikian penting dan besarnya peran pena dan apa yang ditulis oleh manusia, Allah sampai bersumpah menggunakan nama pena dalam Al-Qur’an Surat Al-Qalam (68) aya 1.

نۤ ۚوَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُوْنَۙ

Artinya : “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.”

Al-Qurtuby rahimahullah berkata, “Bagi Allah bersumpah dengan apa yang disukai dari makhluk-Nya, baik hewan dan makhluk padat. Meskipun tidak diketahui hikmah hal itu.” (Al-Jami Liahkamil Qur’an, 19/237)

Salah satu nama Al-Qur’an adalah Al-Kitab. Bahkan, penyebutan kata Al-Kitab jauh lebih banyak dibandingkan dengan kata Al-Qur’an di dalam kitab suci Al-Qur’an sendiri. Kata “Al-Kitab” disebutkan sebanyak 230 kali, sedangkan kata “Al-Qur’an” hanya disebutkan sebanyak 58 kali.

Al-Qur’an berarti “bacaan” sedangkan Al-Kitab berarti “tulisan”. Lebih banyaknya peggunaan kata Al-Kitab daripada Al-Qur’an menunjukkan tingginya anjuran Al-Qur’an untuk menulis tanpa mengenyampingkan pentingnya membaca pada saat yang sama.

Allah Yang Maha Suci menjadikan pekerjaan menulis sebagai salah satu bagian utama dalam menertibkan makhluk-Nya dan menjadikannya dokumentasi sebagai bukti di saat Dia mengadili seluruh hamba-Nya.

Dua malaikat utama Allah memiliki tugas mencatat seluruh amalan seorang hamba. Catatan yang ditulis oleh para malaikat ternyata menjadi pengingat bagi manusia ketika catatan mereka dibuka di Hari Persidangan oleh Allah Yang Maha Tahu.

Di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabat dilarang menulis sabda-sabdanya, karena dikhawatirkan terjadi tumpang tindih antara ayat Al-Qur’an dan sabda Nabi, sehingga para sahabat hanya menulis ayat-ayat Al-Qur’an di berbagai benda. Namun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam justru berlaku khusus kepada sahabat muda ahli ibadah Abdullah bin Amr, putra ahli strategi perang Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu.

Ketika kebanyakan orang masih buta huruf, sahabat Abdullah bin Amr sudah mahir baca dan tulis. Ia memiliki kebiasaan yang tidak umum dilakukan oleh para sahabat, ia gemar sekali mencatat sabda-sabda Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Usianya masih 17 tahun saat Rasulullah wafat.

Ketika Abdullah bin Amr dikeluhkan oleh para sahabat lain karena gemar menulis sabda-sabda Rasululllah, ia menghadap Nabi untuk berkonsultasi. Abdullah bin Amr bin Ash kemudian diperintah oleh Rasululllah, “Tulislah! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak keluar dari mulutku kecuali kebenaran.”

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata,

مَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدٌ أَكْثَرَ حَدِيثًا عَنْهُ مِنِّي، إِلَّا مَا كَانَ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، فَإِنَّهُ كَانَ يَكْتُبُ وَلاَ أَكْتُب

Artinya :  “Tidak ada seorang pun dari shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang paling banyak (meriwayatkan) hadits dari Beliau (Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) selain aku, kecuali dari Abdullah bin Amr, karena ia dahulu menulis, sedangkan aku tidak menulis.” (HR. Bukhari no.113)

Minimal anak-anak wajib memiliki buku harian. Dan rajin menulis di buku harian. Mengapa dengan buku harian? Karena buku harian, memiliki manfaat yang sangat besar. Baik manfaat kesehatan fisik dan non fisik.

Para Ilmuwan, menyimpulkan menulis buku harian, memiliki 7 manfaat sebagai berikut :

  1. Dapat mengontrol emosi dengan baik
  2. Perasaan menjadi tenang, dan lebih bersyukur
  3. Hidup menjadi lebih teratur
  4. Meningkatkan kualitas hidup
  5. Self Healing
  6. Mampu menggapai cita-cita dengan terarah
  7. Menjadi catatan sejarah hidup manusia

Ajaklah anak anak pergi ke toko buku. Biarkan mereka memilih buku harian yang disuka (jangan yang melanggar syariat). Ajak mereka menulis. Bila perlu cek setiap hari. Arahkan untuk menjadi self healing.

Misal seperti ini :

Hari ini aku telah berbuat kesalahan telah mengambil jambu milik tetangga, tanpa seizin pak Ahmad. Aku berfikir, jambu yang sudah jatuh ke tanah, bisa bebas diambil siapa saja. Ternyata, dalam Islam, jatuhnya di halaman pak Ahmad, itu milik pak Ahmad. Dan aku harus tetap izin.

Astaghfirullohal adziim. Aku tidak akan mengulangi lagi. Besok aku akan ke rumah pak Ahmad, untuk menyampaikan jambu yang sudah aku ambil. Semoga beliau ikhlas dengan jambu yang telah aku makan. Agar hidupku berkah dalam Lindungan Allah. Allahumma aamiin.

Coba baca seksama tulisan luapan isi hati, dan kejadian sederhana tersebut. Di situ, nampak tahapan healing bagi seorang insan.

  1. Berani mengakui kesalahan
  2. Berani menempuh langkah bijaksana, akan meminta maaf dan kerelaan pemilik tanaman jambu
  3. Berkomitmen tidak berbuat kesalahan lagi.
  4. Mendoakan dirinya agar lebih baik lagi.

Sebuah langkah “Self Healing” dan “Pembentukan Karakter” yang luar biasa bukan?

Belum lagi ketika si anak menuliskan aktivitas harian yang akan dijalankan. Masyaa Allah, dia akan menjadi anak yang disiplin dan Insyaa Allah sukses luar biasa. Karena hidupnya akan lebih terarah. Allahumma Aamiin.

Bahkan buku harian, pernah diangkat dalam sebuah film yang luar biasa. Yang diperankan oleh Aamir Khan, dalam sebuah film berjudul “Ghajini“. Sebuah film yang mengisahkan seseorang bos besar perusahaan developer internet, yang rajin menulis buku harian. Dari buku harian itu, bisa terkuak misteri kematian calon istrinya. Dari buku harian itu, psikiater dan polisi, bisa melakukan analisis dan penyelidikan kasus tersebut. Siapa penjahat dari kasus kasus kriminal dan pembunuhan yang sebenarnya.

Nah, ayah ibu, bagaimana dengan putra-putri anda? Sudahkah memiliki buku harian?

Yuuk, kita awali hidup ini, dengan semangat indah menuliskan kisah hidup kita masing-masing.

Karena buku harian adalah kebiasaan orang yang sukses.

Oleh : Etty Sunanti