Sering terjadi, orang tua menyuruh anaknya belajar, yang ada hanya diabaikan belaka.
Mengapa bisa terjadi demikian? Jawabannya sudah pasti, karena anaknya tidak berminat dengan belajar.
Mengapa tidak mau belajar? Karena si anak merasa, bahwa topik yang diminta orang tua untuk dipelajari, tidak menarik bagi mereka.
Untuk membuat anak mau belajar, dan suka. Harus paham strateginya. Diantaranya sebagai berikut : Ibarat rumah, jika kita ingin masuk ke dalamnya, harus lewat manakah? Jawabannya, adalah “Pintu”.
Demikian juga ketika menginginkan anak bisa masuk ke dalam belajar. Maka sebagai orang tua dan pendidik, harus mengetahui pintunya. Sehingga mereka bisa masuk dengan leluasa. Jika ada pintu, tapi terkunci rapat, kita juga akan kesulitan memasukinya.
Betapa pentingnya belajar serta mencari ilmu. Tetapi berapa banyak juga yang malas untuk belajar. Seringkali, anak terpaksa belajar karena memang dipaksa-paksa. Atau, kurikulumnya yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Untuk memasuki dunia belajar, kita harus mengetahui pintu-pintunya. Jangan sampai kita salah masuk.
Ada beberapa pintu untuk masuk ke dalam dunia belajar :
- Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu adalah cara cepat dan tepat untuk memberikan kelengkapan informasi beserta alasannya. Apa yang dilarang, justru semakin membuat mereka penasaran. Sesuatu yang baru, juga membuat mereka ingin tahu. Saat mereka ingin tahu, seketika itu segera jelaskan kepada ananda. Bila perlu orang tua juga harus mencari tahu hal tersebut. Dari rasa ingin tahu problem, dari situ bisa dikembangkan berbagai macam ilmu.
Misal , “Bu, aku ingin masuk ke tempat itu, kenapa dilarang masuk?”
“Nak, itu ada pita police line, itu TKP. TKP singkatannya Tempat Kejadian Perkara, di situ ada kejadian yang sedang diselidiki pihak polisi. Kalau kamu masuk, kamu bisa merusak apa-apa yang sudah atau akan diperiksa polisi.”
Dari situ, akan berkembang terus pertanyaan yang menarik. Kita bisa menyiapkan banyak jawaban, dengan berbagai literasi dan informasi.
- Sebuah Pertanyaan Yang Sulit dijawab
Saat ada pertanyaan yang sulit dijawab, di situ akan terjadi pembelajaran yang luar biasa. Bisa dikembangkan menjadi ilmu ilmu yang lain. Misal, anak bungsu saya yang bernama Fahma bertanya kepada saya, “Ummi.. Iblis itu terbuat dari apa?”
Saya jawab, “Dari Api.”
Lalu Fahma berkata, “Terus, nanti Iblis dimasukkan ke mana Mi?”
Saya jawab, “Ke Neraka.”
Dia jawab lagi, “Kalau dia dari api kenapa dimasukkan ke api?”
Dari pertanyaan sulit tersebut, saya bisa menjawab dengan mengembangkan dengan pelajaran Siroh, Aqidah, Akhlaq dan Ibadah. Karena sebuah pertanyaan sulit, dari sana si anak akan mendapatkan jawaban sampai memuaskan hasratnya.
- Apa yang sedang mereka pikirkan?
Cobalah, sekali waktu para orang tua atau guru bertanya kepada anak, “Nak, mengapa kamu diam? Apa yang sedang kamu pikirkan?”
Kita akan terkejut, dengan imajinasi atau persoalan yang mereka pikirkan. Akan membutuhkan banyak narasi dan literasi untuk memenuhi apa yang mereka pikirkan. Selanjutnya kita akan mudah memotivasi mereka untuk belajar.
- Mencari solusi sebuah persoalan
Persoalan bisa timbul karena berbagai sebab, bisa mencakup dari bidang apapun. Dan sangat berpeluang untuk mempelajarinya dengan baik. Biasakan anak-anak untuk berdiskusi, serta menyelesaikan sebuah persoalan (problem solving). Karena tantangan itu, mereka akan bersemangat belajar.
- Apa yang sedang mereka rasakan?
Suasana hati juga bisa kita manfaatkan untuk memacu belajar anak. Perasaan sedih, gembira, menyesal, kecewa, kesombongan, berkecil hati, atau apapun yang mereka rasakan, bisa kita jadikan pintu belajar buat mereka.
Misal, “Nak, jangan sombong, di luar sana, banyak anak-anak yang jauh lebih hebat dari kamu lho. Kamu harus tetap rajin belajar untuk membuktikan kehebatanmu di kancah pertandingan.”
- Hobby
Sebuah passion atau kesenangan luar biasa setiap insan, akan melahirkan semangat belajar yang luar biasa. Karena dia suka, maka apapun akan ditempuh. Hormon cintanya akan ikut menstimulasi oksitosin, dopamine dan fenilatilamin, yang akan mendukung ananda rela bersusah payah menggapai tanpa pernah putus asa.
- Pengalaman
Pengalaman bagus ataupun buruk, juga menjadi alasan seseorang mau belajar dengan baik. Saat gagal, dia belajar agar tidak gagal lagi. Saat berhasil dia akan menggunakan alasan berhasil untuk digunakan kembali sebagai pegangan. Maka sebagai orang tua, jangan pernah merasa bosan memberikan berbagai pengalaman kepada anak-anak.
- Mempersiapkan tujuan (cita-cita) yang diinginkan.
Temukan, apa cita-cita ananda, maka dengan mudah mereka menempuhnya dengan segenap perjuangan. Termasuk, belajar yang giat. Seringkali saya bertanya kepada anak SD, SMP, bahkan SMA. “Apa cita citamu?” Mereka menjawab, “Belum tahu..”
Atau mereka sudah menyebut cita-cita, tetapi orang tua tidak menghiraukannya. Apalagi membantu memperjuangkan.
Jika 8 hal itu sudah dimiliki sang anak, maka tugas orang tua dan pendidik menjadi mudah untuk membantu mereka belajar, dan wajib memuaskan hasrat belajarnya dengan baik. Kalau 8 hal itu belum mereka dapatkan, jangan harap mereka mau belajar. Apalagi mau bersunggung sungguh belajar.
Ayah ibu rahimakummullah, ketika putra-putri kita sudah mulai memiliki 1 diantara 8 pintu belajar tersebut, Insyaa Allah mereka sudah siap belajar, dan akan berkembang dengan baik. Sebaliknya, ketika anak bertanya pada orang tua atau guru, tetapi tidak mendapat respon balik. Maka yang terjadi, proses belajar akan terhenti. Karena mereka merasa diabaikan, merasa tidak penting, hingga merasa tidak berguna.
Semoga kita menjadi orang tua (pendidik) yang sangat peka dalam proses belajar putra-putri kita.
Aamiin….
Oleh : Etty Sunanti