Oleh : Rofiq Abidin, S.H.
(Dewan Pendiri dan Pengawas Syariah Yayasan Suara Hati)

وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَـٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًۭا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌۭ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ ٥٦

Artinya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al A’raf : 56)

Hirup-pikuk dunia yang kian mengundang kemarahan, kesulitan hidup yang mengajak kepada emosional, hingga ketidakadilan hidup yang mengubah cara pandang. Tak terelakkan dan tak terbendung, hingga kekerasan menjadi sebuah jawaban instan. Akal sehat diakali dengan obsesi kepentingan, hingga tak lagi mengindahkan kesantunan dan asas kepantasan.

Tengok sajalah kini, mengumbar syahwat dipertontonkan hingga viral menjadi tujuan. Gaya hidup artis dadakan viral, bak jamur di musim hujan, tanpa menghiraukan nilai kebenaran, yang penting viral. Ah sepertinya itu hanya sepintas, mungkin itu seloroh kita-kita tak mampu membendung. Mungkin hanya bisa mencela, tak membawa cahaya.

Dekadensi moral milenial memang jangan hanya dibahas dan didiskusikan, karena sudah merajai anak zaman yang katanya milenial. Adab bukan menjadi prioritas, yang terpenting peran. Tontonan yang seharusnya menghibur menjadi tuntunan yang membudaya, sebaliknya tuntunan yang seharusnya memberi tuntunan, dipaksa harus menghibur hingga nilai tuntunan hilang tanpa bekas, kecuali kelucuan, hingga keterbahaan.

Kerusakan pemikiran, kerusakan akhlak hingga kerusakan kebersamaan tak boleh dibiarkan, jika negeri ini tak ingin kehilangan jati diri sebagai bangsa yang ramah dan saling gotong-royong dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara. Kerusakan demi kerusakan tak terasa karena budaya Indonesia yang ramah dan gotong royong mulai kita abaikan. Permainan gadged yang kebanyakan membawa kepada kesia-siaan dengan dalih refresh, berlebihan kita ekploitasi. Gerakan mager (malas gerak) yang menjauhkan diri dari produktif menjadi pembenaran kelelahan meski berlebihan tak lagi menjadi pembatasan.

Mukmin itu mesti mencari alasan dalam kebaikan, karena kemalasan itu tak perlu dicari alasannya. Jika motivasi hidup kini hanyalah kesenangan, sesungguhnya pelawak itu yang paling senang atau bahkan penikmat lawak. Saling menyenangkan bukan dikerdilkan dengan kelucuan tanpa hiraukan kesantunan.

Benarkah kita saling berkasih sayang?

Peduli namun ingin viral, berbagi namun ingin viral, bersama namun ingin viral. Apakah berbagi agar viral itu kebahagiaan? Apa menolong agar viral itu karena kasih sayang?

Sungguh kecil sekali nilainya jika itu orientasinya. Mengingat bagaimana sahabat Nabi yang berbagi tiap hari namun tetap bijak dalam gerakannya. Ya, sedekah terang-terangan itu boleh, orientasinya ialah syiar. Namun, hati-hatilah agar tidak terjebak dalam riya’, karena syi’ar dan riya’ itu sangat tipis jika berlebihan.

Menghujat sesama saudara itu bukan kesenangan. Memfitnah, ghibah, namimah hingga terjadi asobiyah (fanatisme jahiliyah) itu bukan kasih sayang, itu bukan rahmat. Perbedaan itu rahmat jika dikelola menjadi persatuan bukan pertikaian. Jangan mengatasnamakan agama, namun anarkis dan merusak bumi dan ciptaan Alloh termasuk hamba Alloh. Sekali lagi, kebenaran itu sifatnya tidak akan merusak, namun membangun. Saat cacian dibalas dengan cacian, celaan dibalas dengan celaan, fitnahan dibalas dengan fitnahan apakah itu yang kita sebut kesenangan? kepuasan? Tak akan ada puasnya saat saling mencaci, kecuali rahmat Alloh hadir untuk menghentikan semua dengan saling memaafkan, saling ridho hingga saling

mendoakan.

Rahmat Alloh itu Dekat

Setelah membahas keduniawian yang penuh sesak nilai materi, rindu rasanya dengan kasih sayang Alloh Yang Maha Lembut. Padalah nafas yang masih kita rasakan, langkah yang kita gerakkan hingga lisan yang bebas berbicara merupakan kasih sayang Rabb semesta Alam.

Bagi orang-orang yang senantiasa ingin dan terbimbing dalam kebaikan, kasih sayang Alloh itu sangat dekat. Namun bagi orang-orang yang keluar dari circle kebaikan, rahmat Alloh terasa jauh. Ia tak merasakan nyamannya nikmat nafas, nyamannya dzikir, nyamannya sholat, nyamannya sedekah ikhlas, nyamannya menolong. Yang ada hanya kesenangan yang terbungkus dengan kemaksiatan, mengatasnamakan cinta, padahal kemaksiatan. Kesenangan yang jauh dari rahmat Alloh bukan kebahagiaan sesungguhnya. Ia hanyalah casing yang menyilaukan, namun melalaikan.

Baiklah, kita sepakat untuk menjadi baik dan terus berupaya menjadi orang baik agar rahmat Alloh yang hakiki dapat kita raih. Karena jika kita lelah menjadi orang baik, pilihannya hanya satu, yakni menjadi orang yang tidak baik atau jahat. Berada dalam lingkaran kebaikan, lingkungan kebaikan akan mendapat pengaruh kebaikan, namun jika kita berada dalam lingkaran keburukan, kita akan terpengaruh dalam keburukan. Karena rahmat Alloh tak diberikan dalam lingkaran keburukan. Meski sebenarnya ada di depannya, tak akan bisa orang yang tidak baik merasakan rahmatNya. Hingga tak mampu melihat kuasa Alloh, tak mampu bersyukur atas nikmatNya. Jadilah baik, karena baik itu menyamankan, menenangkan, dan melegakan.

Bagi orang-orang yang senantiasa ingin dan terbimbing dalam kebaikan, kasih sayang Alloh itu sangat dekat. Namun bagi orang-orang yang keluar dari circle kebaikan, rahmat Alloh terasa jauh.