“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An Nahl :  90).

Unjung-unjung yang dilakukan pada saat lebaran, menjadi kebiasaan yang sangat membudaya yang di Indonesia. Umat Islam diajarkan untuk membangun hubungan yang harmonis dengan kaum kerabat, dengan berlaku baik adil dan saling memberikan bantuan. Dengan budaya yang telah berjalan lama, maka kekerabatan itu akan tetap utuh dan tidak kepaten obor (putus hubungan dengan nasab).

Adapun budaya unjung-unjung yang ada di Indonesai sejalan dengan kebiasaan nabi yang suka memaafkan, hal tersebut telah terjadi pemaafan yang paling besar pada 10 Ramadhan 8 H, saat Fathul Mekkah. Nabi memiliki kesempatan membalas namun jutru memaafkan. Sehingga oleh Nabi disebut sebagai yaumul marhamah (hari kasih sayang).

Saling memaafkan memang tidak harus bulan syawal, tapi suatu kebaikan itu butuh memulai dan pembiasaan. Sehingga, kebaikan itu akan terus terbangun dari generasi ke generasi. Adapun unjung-unjung biasanya meliputi :

  1. Saling Memaafkan

Budaya saling memaafkan merupakan budaya baik, yang melebur semua kedengkian. Ungkapan mohon maaf lahir batin, menjadi perihal yang sudah menjadi kelaziman yang biasa diucapkan. Atau ungkapan-ungkapan lain seperti taqobalallahu minna waminkum atau yang lainnya, biasanya tetap selalu ada ungkapan mohon maaf. Adapun perihal saling memaafkan sesama, kerabat, tetangga, te,man dan handai taulan hingga antara yunior senior, hal ini menjadi momentum untuk mengembalikan hubungan-hubungan yang kurang harmonis.

Dengan unjung-unjung, perdamaian antar tetangga, antar kerabat dan hingga dalam sebuah institusi yang notabene ada sebuah kepemimpinan. Perihal saling memaafkan ini merupakan indikator ketaqwaan seseorang sebagaimana tertuang dalam firman Alloh berikut ini :

(Yaitu) orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Alloh mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Ali Imran : 134)

 

  1. Saling Kunjung Mengunjungi

Mendatangi atau didatangi tamu di,masa lebaran, merupakan perihal biasa dan saling melapangkan hati membuka pintu rumah untuk tetangga, kerabat dan teman-temannya. Dalam unjung-unjung ke tetangga dan kerabat, ada nilai menghormati tamu ada nilai keteladanan kepada anak-anak untuk saling menghormati tamu. Budaya saling mengunjungi mengajarkan untuk saling terbuka, saling menerima dan saling menghargai.

Namun, ada sisi yang tidak boleh dipaksakan untuk mengadakan hal-hal yang memang tidak ada rezeki mengadakan, sehingga nilai kebaikan itu tetap menjadi kebaikan, tidak muncul tindakan tidak halal dalam mengadakan kebaikan menghormati tamu. Beberapa perihal berlebihan untuk menyiapkan momen lebaran, terkadang muncul tindakan kriminal dalam rangka menutupi rasa malu saat kekurangan di momen lebaran atau hari raya. Hal ini tidak boleh terjadi, agar nilai kebaikan saling menghormati tamu tetap menjadi kebaikan karena iman, sebagaimana anjuran Rasulullah Sholallohu Alaihi Wasallam berikut ini :

Dari Abu Hurairah RA Rasululloh SAW bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Alloh dan hari akhir ia berkata baik atau lebih baik diam. Siapa saja yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya (HR Bukhari dan Muslim)

  1. Saling berbagi

Dalam momen hari raya biasanya muncul saling berbagi, orang tua saling memberi saku kepada keponakan-keponakan atau anak-anak yang dianggap layak mendapatkan, bahkan tak jarang yang memberikan kepada anak-anak yatim. Hal ini merupakan budaya yang terus berkembang sebagi ungkapan rasa senang atas kelegaannya menghadapi ujian selama Bulan Ramadhan, mulai dari menahan berbagai perihal yang membatalkan puasa, hingga hal-hal yang menghilangkan nilai puasa, misalkan ghibah, namimah, hasad dan lain sebagainya.

Tentu saling berbagi kebaikan merupakan sikap yang terpuji, hanya saja semua tidak bisa dipaksakan jika tidak ada yang dibagikan, agar tidak muncul lagi perilaku kejahatan demi sebuah nilai berbagi. Justru dengan semangat berbagi, semangat mencari rezeki akan meningkat, harusnya itu, bukan sebaliknya. Karena masih banyak ajaran-ajaran Ilahi tentang kebaikan selain berbagi. Alloh memberikan panduan perihal ini sebagai berikut :

 

Wahai orang-orang yang beriman!. Janganlah kalian melanggar syi’ar-syiar kesucian Alloh, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan mengganggu hadyu (hewan qurban) dan qala’id (hewan qurban yang diberi tanda) , dan jangan pula mengganggu orang-orang yang pergi ke Baitullharam, mereka mencar karunia dan keridhoan Tuhannya. Tetapi apabila kalian telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kalian berburu. Jangan sampai kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kalian ke masjidil haram mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertaqwalah kepada Alloh, sungguh Alloh sangat berat siksa-Nya. (QS Al Ma’idah : 2)

Dengan demikian budaya unjung-unjung sebenarnya telah menginspirasi banyak hal, diantaranya sebagai berkut :

  • Perdamaian
  • Saling menghargai
  • Saling memberi
  • Toleransi
  • Perbaikan diri

Beberapa hal di atas tentu tidak terbantahkan. Hanya setiap kebaikan yang menginspirasi kebaikan lainnya tetap harus diikhtiarkan dengan cara-cara yang baik dan benar. Agar tidak menghilangkan nilai-nilai kebaikan itu sendiri. Mari kita mengikhlaskan diri dalam kebaikan dengan semangat iman yang menjadi poros kebaikan apapun.

Selamat berbahagia dalam Idul Fitri yang ceria, Taqobalallahu minna waminkum, mohon maaf atas segala khilaf, kiranya Alloh menerima dan meridhoi semua amal sholih kita.

Oleh : Rofiq Abidin