يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Al-Hujurat/49: 12)
Dalam berinteraksi dengan sesama ajaran Ilahi mengatur sangat bijak. Bahkan Nabi mengukur keutamaan seorang muslim tercermin dari tangan dan ucapannya. Jika tangannya ceplas-ceplos suka memukul yang tak berdosa, itu cerminan hati yang tak bisa terkendali. Begitupun juga lisan yang ceplas-ceplos tanpa memperhatikan sakit atau tidaknya saudaranya, itu tanda hati yang maridh (sakit).
Seperti tubuh yang sakit sangat sensitif terhadap hal di luar tubuhnya, jika menguntungkan, menyenangkan tubuhnya akan senang, namun jika tubuh yang sakit, sedikit saja ada gangguan, maka imunnya tak bisa menjaganya. Begitupun juga hati yang sakit imunnya menurun dan mudah emosi. Begitulah gambaran hati yang sakit.
Dalam kitab Ighatsatul Lahfan pembagian hati terbagi menjadi tiga :
- Hati Sehat atau bisa disebut dengan salimul qalbi.
Hati sehat merupakan hati yang terbebas dari syahwat yang bertentangan dengan perintah dan larangan Alloh serta dari subhat yang bertenangan dengan pemberitaan-Nya. Hati yang tulus mencintai Alloh dan rasulnya, hati yang ridho dengan segala taqdir Alloh dan menjauhi kemurkaanNya.
- Hati Mati.
Hati yang mati ini kebalikan dengan yang pertama. Hati yang mati itu kosong tanpa kehidupan, tanpa mengenal Rabbnya. Ia tidak beribadah kepada Penciptanya, tidak mencintai Rabbnya, justru menuruti hawa nafsunya, meski dibenci dan dimurkai oleh Tuhannya. Bila mencintai, ia mencintai karena nafsu, bila membenci, ia membenci karena nafsu, bila ia memberipun, ia memberi karena nafsu.
- Hati Sakit.
Hati yang ketiga ini ialah hati yang ada kehidupan, tapi berpenyakit. Kadang-kadang kehidupan tampak padanya, kadang-kadang tampak penyakitnya, tergantung mana yang dominan di antara keduanya. Di dalam hati ini terdapat kecintaan, keimanan, ketakwaan kepada Alloh. Namun, di dalamnya juga ada pengutamaan hawa nafsu, kedengkian, kesombongan dan bangga diri.
Nah, orang yang beriman diberikan panduan agar tetap terjaga dalam kebersihan hati. Sebagaimana panduan Ilahiyah di atas, agar hati tetap bersih dan sehat, maka Alloh melarang menjauhi suudzon (prasangka negatif), Tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain) dan ghibah (menggunjing). Yang semua itu digambarkan memakan bangkai, artinya memakan sesuatu yang tidak sehat dan mencelakakan tubuh.
PENYEBAB TAJASSUS
Dalam hal ini kita akan fokus pada pembahasan tajassus. Sebelum jauh, ta’rif idari tajassus itu ialah mencari-cari kesalahan (aib) sesama saudara. Baiklah, kita mulai dari penyebab seseorang tajassus, apa saja penyebabnya :
- Kurang Bersyukur. Orang yang lupa bersyukur, pasti akan bersikap kufur, bertindak hal-hal yang tidak sadar, ditentang syariat, karena apapun anugerah yang didapat terasa kurang, hingga jika ada orang lain mendapat karunia yang tampak lebih, ia tidak terima. Maka, tidak sadar terkadang tajassus, mencari-cari penolakan kesuksesan, atau kalau mengakui ia akan mencari-cari dan memberitakan aib saudaranya. Padahal apa yang diberikan Alloh sudah begitu besar, hanya saya rasa yang tak bersyukur, menjadikan masih kurang dan kurang tak berujung.
- Kurang Ridho. Rasa kurang ridho dengan keadaan yang ditetapkan Alloh, menjadikan seseorang protes kepada Rabb, seolah-olah Tuhan menyiksanya, sehingga jika ada saudara yang tampak lebih sholih, lebih berilmu ia tidak terima, ia tidak ridho, maka dicarilah aibnya dan diceritakan kemana-mana. Ia tidak sadar, bahwa kesholihan dan ketinggian ilmu yang dimiliki justru terhapus oleh sikap tajassusnya yang merugikan diri sendiri, amalnya dan keluarganya.
- Merasa Suci. Hati yang berpenyakit, meskipun secara kasat mata sholih, akan tercemar oleh tindakan-tindakan, ungkapan-ungkapan yang Merasa suci, salah satunya. Tidak boleh orang lain lebih suci darinya, lebih alim darinya, lebih berprestasi darinya. Ia merasa lebih berilmu, hingga lupa melakukan tajassus,menutupi dosa dirinya, menutupi kesalahannya dengan menuding aib orang lain.
DAMPAK TAJASSUS
Efek dari tajassus ini bisa dibagi menjadi dua, yakni dampak intern (diri sendiri) dan dampak ekstern (orang lain).
Dampak intern untuk diri sendiri :
- Berdosa Besar
- Hilangnya kepercayaan orang lain
- Berkurangnya rasa percaya diri
- Sulit berubah lebih baik
- Semakin berpenyakit hati (memakan bangkai, racun)
- Hilangnya pahala dan berpindah kepada orang yang dicela
Dampak ekstern untuk saudara yang ditajassusi :
- Pertikaian
- Pembunuhan karakter
- Putus persaudaraan
Ternyata, panduan menghadapi tajassus tidak lain iala taqwa. Jangan dibayangkan takwa itu sesimple penyimpulan dangkal. Dulu sahabat Nabi, saat diucapkan taqwa banyak yang bercucuran air mata. Karena taqwa itu bagaikan seseorang berjalan di jalan yang banyak durinya, artinya taqwa itu harus ekstra hati-hati agar tidak terkena duri, yang diantara duri itu ialah tajassus. Taqwa bisa bermakna perisai, tameng dari jebakan-jebakan dan serangan-serangan syahwat dan subhat. Syahwat menawarkan kepuasan hati mendengki, membenci, mencela dan membuka-buka aib saudaranya. Adapun subhat menawarkan pembenaran atas sikap-sikap yang terkesan benar, padahal hatinya berkata salah.
Selanjutnya, jika taqwa sudah terpasang dalam hati kita, ingatlah Alloh itu menerima taubat, segeralah pasang radar hati, radar telinga, radar pandangan untuk mengikuti kebenaran dan kesucian hati, pendengaran dan pandangan, yakni berubah lebih baik. Dan ingatlah jika masih diberikan kesempatan taubat itu artinya Alloh sayang dengan kita. So, stop tajassus, kenali gejala penyebabnya agar tidak terkena dampaknya.
Oleh : Rofiq Abidin