Oleh : Ustadz Rofiq Abidin

 

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar Rum : 30).

 

Circle pertemanan mempengaruhi seseorang dalam perilakunya. Jika circle pertemanannya baik, maka akan terbentuk menjadi pribadi yang baik, jika sebaliknya maka akan mempengaruhi kepribadian yang buruk.

Nah, jika seseorang mengalami masa gelap, masa tak berpetunjuk, masa menjauh dari Alloh, masa kurang peduli dengan tholabul ilmi serta nasehat. Maka, disaat itulah sebenarnya seseorang telah keluar dari circle fitrah.

Apa itu circle fitrah? Circle fitrah merupakan lingkaran terstandart Ilahiyah secara azali (asli) yang menjadi miqdarul haq (Standart kebenaran). Adapun circle fitrah itu merupakan penyatuan antara unsur hamba Ilahi, aturan Ilahi dan lingkungan Ilahiyah. Dengan seseorang yang menghamba kepada Alloh, di bumi ciptaan Alloh menjalankan aturan petunjuk Alloh.

Nah, hamba yang terpilih, jika mengalami masa-masa yang gelap dari petunjuk Alloh dia akan merindu circle fitrah dalam kehidupannya. Karena bagaimanapun keimanan tidak akan tercampur dengan kedzoliman. Begitupun jiwa yang dzolim tidak akan kerasan jika berada di lingkungan pertemanan yang haq.

Oke, selanjutnya seseorang yang telah melatih dirinya dengan menahan diri dengan hawa nafsunya, akan mudah menemukan fitrahnya, mudah back to fitrah. Adapun langkah-langkah back to fitrah telah dibimbing oleh Alloh melalui pesan Ilahi :

مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah”. (QS. Ar Rum : 31).

Bisa kita tadabburi bahwa jalan fitrah itu kebanyakan tidak diketahui oleh manusia, apa itu, sebagai berikut :

  1. Merubah diri (Taubat)

Sebaik-baik orang yang bersalah ialah yang bertaubat. Tidak ada orang yang tak pernah berbuat salah, yang ada adalah orang yang terhapus dari kesalahan karena taubatnya. Nah, orang yang bertaubat itu orang yang senantiasa menginginkan dirinya berubah kepada yang lebih baik. Maka, orang yang senantiasa menginginkan perbaikan diri inilah yang akan berada dalam circle fitrah, ia akan mudah dinasehati, tidak tinggi hati, jauh dari kesombongan, karena semakin belajar, ia semakin merasa bodoh. Karena ia semakin haus ilmu, hingga terus ingin belajar. Ia juga senantiasa memperbaiki kualitas amalnya, dari yang sekedar gugur kewajiban, menjadi kualitas yang memiliki impact full (berdampak penuh) bagi dirinya, lingkungannya hingga agamanya.

  1. Disiplin dan konsisten (Taqwa)

Yang kedua, jika seseorang menginginkan tetap dalam kefitrahan, maka harus disiplin dan konsisten dengan apa yang digariskan oleh Al-Qur’An. Setiap tindakan akan didasarkan pada ridho Tuhannya. Setiap godaan yang menyapanya akan terasa dan akan dijauhi, sebab Tarkul ma’asi assaddu minal fi’lu ibadah (meninggalkan maksiat lebih kuat keutamaannya dari pada mengerjakan ibadah). Kenapa, karena menginggalkan kemaksiatan merupakan bagian dari ketaqwaan kepada Alloh. Dengan disiplin dan konsisten pada ajaran Ilahi, maka seseorang akan berada pada poros kefitrahannya.

  1. Gerakan Komunikasi dengan Tuhan (Sholat)

Sholat, yang merupakan gerakan (harokah) yang diawali dengan takbirotul ihram dan diakhiri dengan salam. Ini merupakan gerakan komunikasi untuk mendekat kepada Rabb. Yang selanjutnya impact kepada menjauhkan diri dari perbuatan fa’sya’ dan munkar. Jika komunikasi dengan Rabb itu berjalan secara kontinyu dan berkualitas. Seseorang tidak akan keluar dari circle fitrahnya sebagai manusia, karena manusia yang diciptakan Tuhannya itu sudah menikmati bumi, sudah seharusnya mengibadati Tuhannya. Namun tidak sekedar gugur kewajiban, justru terus memperbaiki kualitas pengabdiannya secara baik dan benar.

  1. Menjauh dari kesyirikan

Langkah keempat, untuk tetap dalam circle fitrah ialah tidak menyentuh ranah kemusrikan. Hanya Alloh saja sembahan, baik secara intelektualitas maupun secara hati. Tidak mudah kagum kepada segala unsur duniawi. Tapi, setiap pencapaian prestasi selalu dikaitkan dengan Tuhannya.

Nah, seseorang yang menjaga diri dari kemusrikan Rubbubiyah, kemusrikan mulkiyah dan dan kemusrikan uluhiyah / ubudiyah akan terus pada poros kefitrahan. Diantaranya ialah menghindari firqah sebagaimana secara implisit disebutkan dalam ayat selanjutnya, yakni QS Ar Rum : 32 sebagai berikut :

مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.

Sangat jelas bahwa orang-orang musrik itu jiwanya selalu ingin berpecah belah, tidak menghendaki persatuan. Tidak hanya dalam argumentasi, namun juga perilaku provokatif yang mendorong kepada perpecahan, pertikaian. Karena sikap asobiyah (fanatisme jahiliyah).

Bagaimana, sudahkah tergambar untuk back to fitrah?

Rasanya, penuh tantangan ya untuk tetap dalam circle fitrah itu. Ya jelas donk, tiap-tiap yang ujungnya manis, menyenangkan dan prestisius ada tindakan logis yang mengantarkan kesana. Namun, jika menjauh dari empat nilai di atas, tentu putaran jahiliyah akan semakin terasa kencang yang mengakibatkan kita terpental dari jalan Tuhan.