oleh:
Rofiq Abidin, S.H. (Founder Yayasan Suara Hati)

 

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
(QS. Fusilat (41): 30)

 

Selama nafas masih berhembus, maka hidup itu masih koma. Kesempatan masih menganga, maka memanfaatan waktu adalah keniscahyaan. Apa saja yang telah kita tempuh ada pelajaran berharga, apa saja yang telah terjadi ada hikmah yang akan bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya. Banyak jalan menuju kebaikan, begitupun jalan kesesatan. Saat seseorang berada di kubangan kejahiliyahan, bukan berarti tidak mereka bahwa itu tidak nyaman, namun menutupi suara hatinya yang ingin keluar dari kubangan kejahiliyahan. Oleh karena itu jangan mengabaikan nurani atau bisikan ketaqwaan dari hati.

Saat seseorang telah memilih jalan kebaikan dan kebenaran, tentu akan hadir cobaan dan ujian yang mendera. Hal itu sebagai cara Alloh mengetahui seberapa kokoh dan seberapa niat hambaNya memilih jalan kebenaran. Seserang yang memperjuangkan kesuksesannya, sebenarnya menuju tangga kesuksesan sejati, yakni istiqomah.

Ada beberapa tips untuk bisa menuntun dan tetap dalam jalan istiqomah :

1. Energi niat yang kokoh dan diilmui
Semua bermula dari sebuah niat, maka hal ini akan menjadi energi besar untuk menempuh sebuah kesuksesan. Niat yang kokoh akan berdampak besar kepada pencapaian berikutnya. Namun niat harus tetap istiqomah dari sejak mau melakukan hingga selesai pencapain. Pernah gak sahabat mendengar “yang niat kalau bekerja”… saat ada seorang pekerja tampak malas-malasan dalam bekerja. Jadi niat itu merupakan awal jalan istiqomah, ilmuilah agar niat itu benar-benar sefrekuensi dengan taufiq Alloh Subhanau Wata’ala. Karena niat scungguhnya tidak hanya di awal, namun niat itu dijaga, mulai dari awal, proses pelaksanaan hingga akhir pengamalan suatu tekad.

2. Maksimal dengan kemampuan.
Setelah mengokohkan niat, maka selanjutnya maksimal dengan apa saja yang dimiliki, yakni kemampuan, keahlihan dan kelebihan. Dengan memaksimalkan kemampuan, kita akan mengukur seberapa besar apa yang bisa kita jawab, seberapa bisa kita menyelesaikan tantangan/amanah yang diberikan kepada kita. Dengan demikian kita akan terlatih untuk tetap survive pada keistiqomahan jalan Alloh yang kita putuskan sendiri berdasarkan kematangan keilmuan yang kita pahami dan kesadaran akan kebenaran yang kita yakini.

3. Berani mengambil keputusan
Keadaan sulit hadir bukan untuk mempersulit, tapi untuk mengasah keberanian kita dalam mengambil keputusan urgen, penting dan priority. Keberanian mengambil keputusan adalah melawan ketakutan melangkah, mukmin tidak boleh berada dalam ketakutan, kebimbangan sikap. Namun, mesti bisa membaca zaman, sehingga bisa menekan tombol keputusan yang tepat, bahkan itu bisa jadi dirasa ekstrim bagi yang lainnya. Itulah mukmin, memutuskan sesuatu tanpa takut, tanpa ragu dan tanpa lambat, tapi pas time-nya dan tepat sasarannya.

4. Tidak Larut dalam Sedih dengan cemoohan orang lain.
Bagi orang beriman, tak ada kamus putus asa, tak ada kamus baper hal-hal yang remeh temeh. Terlalu berharga waktu yang diberikan Alloh, jika hanya dihabiskan dengan larut dalam kesedihan. Mukmin, tidak boleh mudah ngambek dengan cemoohan, tapi berbesar hati terhadap uji yang menerpa. Dengan terlatih untuk tidak mudah ngambek, seorang mukmin akan tetap dalam keistqomahan dan kesabaran yang tinggi. Salah satu triknya adalah, melatih diri untuk qona’ah dengan taqdir, melatih diri untuk tidak putus asa dengan beragam tantangan yang ada.

5. Senang hati dalam menempuh jalan kebenaran.
Riang menjalani kehidupan, wajahnya bersinar dan menyiratkan keimanan yang terang. Memandu dirinya untuk tetap senang, syukur dan lapang menjalani kehidupan. Rumusnya, mukmin senang itu karena telah ada janji Alloh yang pasti, yakni kesejahteraan dunia dan akhirat. Jadi tidak ada keraguan dan kebimbangan lagi dalam melangkah, karena keyakinan itu menimbulkan kepastian langkah seseorang.

Mari kita perhatikan 5 hal berikut ini, agar jalan istiqomah dapat kira raih. Karena dakwah itu, menyimpan esensi 3 hal sebagai berikut:

a) Menyadarkan, dakwah yang disampaikan bermaksud menyadarkan dengan ilmu yang dipahamkan. Sadar ilmu dan sadar berbuat tanpa ada unsur paksaan.
b) Menguatkan, setelah sadar akan suatu sikap, maka fungsi dakwah itu adalah menguatkan apa yang telah disadari. Mengkristalisasi kesadaran, sehingga aksinya benar-benar kokoh dan kuat dalam tekad.
c) Mengistiqomahkan, setelah sadar dan kuat, ilmu yang didengar dari motivator/ dai adalah untuk mengistiqomahkan. Inilah ujung akhirnya, artinya istiqomah itu sampai batas usia kita.

Dengan demikian istiqomah yang digadang-gadang sebagai tangga terakhir kesuksesan bisa kita dapatkan dengan izin Alloh. Dan tangga terakhir hidup istiqomah sesungguhnya adalah husnul khotimah. Itulah sesungguhnya sukses yang kita perjuangkan, jangan sampai kita berjalan dalam kebenaran tanpa ilmu, lalu kita terjatuh dari kebenaran tanpa tahu. Rugikan? Ilmuilah apa yang kita lakukan, agar kita tahu apa sikap yang akan kita putuskan.

 

#pesanilahiyah
#jalanistiqomah
#istiqamah
#kajian
#tausiyah