Oleh : Etty Sunanti (The Owner of ESP)

Salah satu Verbal Abuse dalam artikel At-tarbiyah di beberapa bulan yang lalu, adalah Name Calling.
Name Calling atau pemanggilan/penyebutan nama seseorang harus hati-hati, sebutkanlah dengan baik dan benar.

Penulisan nama yang keliru, membuat seseorang tidak nyaman, bahkan bisa merasa dilecehkan.
Apalagi memanggil dengan nama yang salah. Rasanya begitu mengganjal di hati. Misal nama saya Etty Sunanti, saat ada orang menulis nama saya Etik Sunarti. Yaa Allah…rasanya geli, gemas, dan kecewa.

Beberapa tahun lalu, saya pernah memiliki kolega anak dari seorang konglomerat, perguruan tinggi S1 dan S2 saja juga yang terbaik. Beliau sangat kaya raya, terpandang, terhormat bahkan dermawan. Memiliki perkebunan di Indonesia bahkan di luar negeri. Mobil-mobil mewah berjajar. Bahkan memiliki banyak cabang bisnis. expor impor, peternakan, bahkan SPBU di beberapa kota.

Saat saya menulis nama beliau kurang 1 huruf saja, dengan respon yang cepat, langsung menegur, “Maaf Bu Etty, nama saya pakai dobel L, maaf L nya bukan satu, tetapi ada 2, Bu.”
Masya’ Allah demikianlah orang besar memiliki harga diri yang besar.

Kemudian beliau mengejakan satu persatu, huruf demi huruf namanya dengan jelas, tegas dan tangkas. Seolah-olah beliau benar-benar takut ada kekeliruan penulisan namanya.

Demikianlah orang-orang “sempurna” dalam kehidupan, dimulai dengan nama yang benar.

Verbal abuse atau kejahatan dalam kata-kata, yang bisa menjatuhkan mental. Adalah sama dengan firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Humazah ayat 1 , wailullikulli humazatillumazah. “Celakalah bagi pengumpat dan pencela”.

Tafsir “humazah” adalah menjatuhkan mental dengan perkataan. Sedangkan “lumazah” adalah menjatuhkan mental orang lain dengan gestur tubuh.

… untuk memantabkan pemanggilan nama, ada sebuah budaya Arab yang dibenarkan oleh Rasulullah. Artinya ketika budaya tersebut tidak bertentangan dengan syari’at Islam, maka Rasulullah membiarkan dan mendukungnya. Apakah itu? ialah KUNYAH. Lalu apakah itu KUNYAH ?

Pemanggilan nama begitu sangat penting.

Maka di dalam Islam, Rasulullah mendukung adanya name calling yang bagus dan menyenangkan bagi si insan.

Jadi, memanggil nama seseorang harus dengan sebutan nama yang benar, fasih, baik, bahkan diucapkan dengan hati yang penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Name calling ini adalah prinsip penting dalam sebuah pendidikan dalam Islam.
Rasullullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‏ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺪْﻋَﻮْﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺳْﻤَﺎﺀِ ﺁﺑَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺃَﺳْﻤَﺎﺀَﻛُﻢ

“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian” [HR. Abu Dawud & Al-Baihaqi]

Kemudian untuk memantabkan pemanggilan nama, ada sebuah budaya Arab yang dibenarkan oleh Rasulullah. Artinya ketika budaya tersebut tidak bertentangan dengan syari’at Islam, maka Rasulullah membiarkan dan mendukungnya. Apakah itu? ialah KUNYAH.

Kunya (bahasa Arab: كنية; kuniyah) atau kunyah, adalah sebuah nama panggilan yang biasa digunakan oleh masyarakat Arab untuk panggilan kehormatan atau gelar kepada seseorang, sebagai pengganti atas nama asli orang tersebut.

Kunyah adalah nama yang dimulai dengan ABU atau UMMU. Ada juga ulama yang mengatakan termasuk juga nama yang diawali dengan saudara/paman.

Kunyah terkadang untuk memuji sebagaimana sahabat Nabi yang dulunya berkunyah Abu Hakam. Terkadang untuk mencela semacam Abu Jahal, terkadang disebabkan karena membawa sesuatu semisal Abu Hurairah dan terkadang hanya sekedar nama semisal Abu Bakar dan Abul Abbas. Ibnu Taimiyyah, padahal Ibnu Taimiyyah tidak mempunyai anak. (Lihat Al-Qoul Al-Mufid ‘Ala Kitab At-Tauhid 2/169, Maktabah Al-’Ilmi).

Dalam Syarah Muslim 14/129, Imam Nawawi mengatakan, “Pelajaran yang bisa dipetik dari Hadits tersebut banyak sekali. Diantaranya menunjukkan bahwa kunyah untuk orang yang tidak punya anak itu diperbolehkan, juga menunjukkan bolehnya kunyah untuk anak kecil dan hal tersebut tidak termasuk kebohongan.” (Dari Ahkam Ath-Thifli hal. 165).

Dalam Tuhfatul Aba’ dinyatakan, “Hadits di atas menunjukkan bahwa anak kecil boleh punya kunyah. Anak kecil yang suka bermain dengan burung dalam Hadits di atas berkunyah Abu ‘Umair, bahkan Nabi pun memanggilnya dengan kunyah tersebut. Ini termasuk adab Arab yang bagus.

Kunyah untuk anak kecil itu berfungsi mengangkat dirinya, meningkatkan kecerdasannya dan menyebabkan dia merasa dihargai.” (Tuhfatul Aba’ Bima Warada fi Tarbi Yatul Aulad, Dar Al-Qasim hal. 33)
Jadi Hadits di atas menunjukkan bahwa anak kecil boleh diberi kunyah.

Abdurrahman bin Muhammad bin Qosim mengatakan, “Dalam Hadits disebutkan bahwa Nabi memberi kunyah dengan anak yang paling tua dan itulah yang sesuai dengan sunnah sebagaimana terdapat dalam beberapa hadits. Jika tidak memiliki anak laki-laki maka dengan nama anak perempuan yang paling tua. Ketentuan ini juga berlaku untuk kunyah seorang perempuan.” (Hasyiah Kitab At-Tauhid hal. 318).

Jadi, diantara adab yang berkenaan dengan nama kunyah adalah:

  1. Tidak boleh berkunyah dengan nama Allah semisal Abul A’la Al Maududi
  2. Kunyah itu dengan nama anak laki-laki yang paling tua. Jika tidak ada anak laki-laki maka dengan nama anak perempuan yang paling tua.
  3. Orang yang belum atau tidak punya anak boleh berkunyah. Oleh karena itu anak kecil yang jelas belum menikah diperbolehkan untuk berkunyah.
  4. Tidak boleh berkunyah ‘Abul Qosim’ berdasarkan Hadits Rasulullah shollahu’alaihiwasallam, “Hendaklah kalian bernama dengan nama-namaku tetapi jangan berkunyah dengan kunyahku (Abul Qosim).” (HR. Bukhori no. 3537 dll).

Ibnul Qoyyim mengatakan, “Pendapat yang benar bernama dengan nama Nabi itu diperbolehkan. Sedangkan berkunyah dengan kunyah Nabi itu terlarang. Berkunyah dengan kunyah Nabi saat beliau masih hidup itu terlarang lagi. Terkumpulnya nama dan kunyah Nabi pada diri seseorang juga terlarang.” (Zaadul Ma’ad, 2/317, Muassasah Ar-Risalah).

Beliau juga mengatakan, “Kunyah adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap orang yang diberi kunyah… diantara petunjuk Nabi adalah memberi kepada orang yang sudah punya ataupun yang tidak punya anak. Tidak terdapat Hadits yang melarang berkunyah dengan nama tertentu, kecuali berkunyah dengan nama Abul Qasim.” (Zaadul Maad, 2/314).

Imam Ibnu Muflih berkata, “Diperbolehkan berkunyah meskipun belum memiliki anak.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah karya Ibnu Muflih 3/152, Muassasah Ar-Risalah).

Melihat penjelasan ulama’ yang diambil dari Hadits Rasulullah Muhammad Sholallahu ‘alahi wassalam. Kiranya kita bisa mengambil pelajaran berharga, bahwa urusan Kunyah sangat erat dengan penghormatan seseorang. Di sana ada hal yang mendasar, Kunyah berawal dari kemuliaan seseorang karena memiliki anak, hingga di panggil Abu atau Ummu. Bapaknya si fulan fulanah, atau ibunya fulanah.

Bahwa menjadi seorang bapak atau seorang ibu, begitu sangat istimewa, sampai dijadikan topik pembahasan dan budaya bagi kaum muslimin. Di Jawa, sering memanggil nama seseorang bapak’e atau ibuk’e si anak. Misal kakak saya yang pertama bernama Barza Setiawan, biasa dipanggil Wawan.

Dulu saat saya masih kecil, bapak ibu masih muda, tetangga kami sering memanggil Bapak’e Wawan, ibuk’e Wawan. Sebuah penegasan bahwa orang tersebut adalah seorang bapak yang mempunyai anak, dan seorang ibu yang mempunyai anak.

Dari pemanggilan tersebut, jika di telaah secara psikologi, memiliki dampak yang luar biasa. Apakah itu?

  1. Menunjukkan status seseorang bahwa ia sudah menikah dan sudah mempunyai anak. Dan hal tersebut memiliki dampak anti manipulatif.
  2. Membuat seseorang memiliki rasa memiliki anak yang sangat kuat. Apalagi ucapan pemanggilan itu sudah menjadi panggilan yang masyhur. Karena sering diucapkan dan banyak yang mengucapkan. Memiliki daya pengingat yang luar biasa.
  3. Memiliki daya muhasabah atau evaluasi diri yang sangat luar biasa. Karena ternyata seseorang tersebut sudah memiliki anak sebagai tanggung jawab atau amanah yang harus di jalankan sebaik-baiknya.

Bagaimana bapak ibu, sudah siapkan dipanggil dengan sebutan sebagai ayah dan ibu dari anak kita?
Semoga kita semua yang memiliki anak merasa bersyukur dan bangga menjadi orang tua. Aamiin.

 

#tarbiyah
#at tarbiyah