Oleh : Rofiq Abidin, S.H

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ

Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari ridho Allah. Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba(-Nya). (QS. Al Baqarah : 207).

Trend berkorban menjadi catatan tersendiri untuk umat islam. Ada yang terpanggil dengan kesadaran yang tinggi, ada yang terpanggil karena ikut-ikutan bahkan ada yang terpanggil karena rasa sungkan (tidak nyaman dan malu jika tidak melakukan).

Institue for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) melansir melalui www.ideas.or.id pada 2023, bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, ketersediaan hewan kurban 2023 secara nasional, baik sapi, kerbau, kambing, maupun domba, mencapai 2.737.996 ekor, dengan kebutuhan diproyeksikan 1.743.051 ekor atau meningkat 2% dari tahun sebelumnya.

Bagaimana ditahun 2024?. Kompas.com melansir bahwa Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memprediksi potensi ekonomi pembelian hewan kurban selama Idul Adha tahun ini mencapai Rp 26-27 triliun. Senior peneliti Core Indonesia Ishak Razak mengatakan, potensi itu didorong seiring meningkatnya indeks kepecayaan konsumen di tahun ini yang bisa berpengaruh pada niat masyarakat untuk berkurban. “Kalau tahun lalu perputaran ekonomi hewan kurban mencapai Rp 24,3 triliun saya kira paling minimal perputaran tahun ini bisa mencapai Rp 26 sampai Rp 27 triliun,” ujarnya saat media briefing Dompet Dhuafa di Jakarta, Jumat (17/5/2024).

Dengan demikian potensi qurban dari tahun 2023 ke 2024 ialah 1,7 trilyun hingga 2,7 trilyun. Maka dari itu potensi ini menjadi satu catatan penting, bahwa semarak pengamalan syariat qurban mengalami peningkatan. Pertanyaannya, apakah peningkatan ini karena kesadaran atau karena ikut-ikutan tren atau hanya sekedar uforia syariah, uforia kosong atau bahkan uforia kepedulian karena sudah menjadi adat masyarakat.

Terlepas dari semua perpektif yang ada. Umat islam memiliki satu landasan pokok, bahwa apapun uforia pengamalan syariah, jangan sampai lepas dari tujuan pensyariatan itu sendiri. Nah, berqurban ada dua semangat yang menjadi landasan agar sohibul qurban tetap on the track dalam implementasi qurban sebagai berikut :

  1. Mardhotillah

Tidak semua orang mau berkurban, karena shohibul qurban yang sebanarnya ialah merupakan orang yang telah ter-screening secara niatnya. Ya, niatnya ialah mendapatkan ridho Alloh. Bukan, karena uforia adat, riya’ bahkan mungkin sekedar berkurban tanpa ada niat apa-apa. Orang yang terpanggil untuk berkurban, merupakan orang yang puas dengan apa saja syariat atau ketetapan allah melalui wahyu-Nya. untuk membangun semangat mardhotillah perlu di stimulan meski dengan uforia terlebih dahulu. Ya, saat ini uforia qurban begitu marak di msjid-masjid yang ada di wilayah perkotaan, namun di wilayah pedesaan qurban, bahkan ada yang mendapatkan daging kurban hingga 24 tahun di salah satu desa Blitar, sebagaimana Yayasan Suara Hati mengawali distribusi zakat di tempat tersebut. Nah, ini semua harus menjadi perhatian bersama, agar qurban tidak hanya menjadi uforia syariat, namun juga bijak mengimplementasikanya. bukan lagi ikut-ikutan, tapi niatnya naik kelas karena mardhotillah. Dengan semangat mardhotillah seseorang akan merasa puas kepada alloh dan syariat-Nya. Secara dinamis semangat-semangat mardhotillah ibadah akan tergerak secara perlahan.

2.Bersyukur

Dalam Al-Quran surat Al-Kausar ayat 1-2 memberikan motivasi bahwa seseorang metegakan sholat dan qurban ialah semangat bersyukur atas apa saja nikmat yang alloh berikan. Jika seseorang Umat memahami, mengerti hingga mendalami nikmat-nikmat alloh yang sangat banyak, tak terhitung. Nah, semakin kita menghitung nikmat, seharusnya semakin meyadari untuk menunaikan qurban pada waktuny. Namun orang yang kaya dan memiliki banyak kenikmatan belum tentu juga akan berqurban, jika ia merasa bahwa kekayaan nya itu karena jerih payahnya, bukan karena lantaran rezeki dari alloh. sehingga, kita juga bisa melihat ada orang yang tidak kaya raya, namun berkurban setiap tahun, karena merasa rezeki yang ada ialah pemberian Tuhan, bukan karena ia pintar, karena ia hebat, Namun Alloh yang memintarkan dan menghebatkan.

Maka, dengan dua semangat berkurban ini akan mengimbangi uforia berqurban tanpa tahu kenapa harus berqurban. Sehingga arah niat berkurban yang bersumber dari keridhoan Alloh dan bukti rasa syukur akan menjadi pemantik pengamalan qurban yang sesuai dengan maqasid syariah (tujuan yang ada). Marilah berkurban bukan karena trend, uforia, tapi kita berqurban karena ingin menggaapai keridhoan Alloh dan berkurban berqurban itu sudah sewajarnya kita berterimakasih kepada Alloh atas nikmat-Nya. sebagaimana seseorang yang di berikan sesuatu tidak enggan mengucapkan terimakasih.

 

#illahiyahh #berqurban #makna berkurban #pantiasuahansuarahati #pantiasuhansidoarjo #yayasansuarahati